Perusahaan famasi dan kimia asal Jerman, PT Merck Tbk (Perseroan) membukukan total penjualan sebesar Rp 930 miliar, atau tumbuh tipis 1,19 persen dari Rp 919 miliar di tahun 2011. Sementara laba tercatat turun 53,2 persen sebesar Rp 108 miliar, dibandingkan tahun 2011.
Sepanjang tahun 2012 PT Merck Tbk (Perseroan) mencatat laba Rp 108 miliar, yang turun 53,2 persen dibandingkan tahun 2011.
"Dari pendapatan tersebut, Divisi Merck Serono memberi kontribusi terbesar yaitu 43 persen. Sementara, Divisi Bahan Kimia dan Divisi Kesehatan Konsumen masing-masing tumbuh 39 persen dan 18 persen," papar Presiden Direktur PT Merck Tbk, Markus Bamberger, dalam Public Expose PT Merck Tbk 2012, hari ini (20/3), di Jakarta.
Produsen obat-obatan resep (ethical products) Merck Serono, mencatat total penjualan Rp405 miliar di tahun 2012, dibandingkan tahun 2011 Rp 419 miliar. Divisi ini bertanggung jawab untuk memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan jenis obat yang hanya dapat dikonsumsi sesuai resep dokter.
"Sebagai pemimpin pasar di kategori produk obat resep, Merck Serono senantiasa membangun kepercayaan konsumen terhadap sejumlah produk yang ditujukan untuk pengobatan diabetes, vitamin neurotropik, produk-produk betablocker, terapi onkologi, produk kesuburan seperti bayi tabung, dan terapi endokrinologi," ungkap Markus.
Divisi Kimia PT Merck Tbk juga mencatat pertumbuhan 12 persen sepanjang 2012, dengan total penjualan Rp 359 miliar atau meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp 320 miliar. Pertumbuhan ini juga didorong semenjang PT Merck mengakuisisi perusahaan biosains Milliopore sejak 2010, yang memungkinkan anak perusahaan Grup Merck ini menawarkan rangkaian alat-alat kimia canggih untuk bioriset, bioproduksi, dan alat lainnya.
Sementara, di Divisi Kesehatan, tahun 2012 merupakan awal momentum perubahan Merck Global "Fit for 2018" sebagai respon terhadap kondisi pasar lokal. "Dimana divisi ini sedang dalam proses konsolidasi dan restrukturisasi portfolio operasional produk-produknya sehingga menjadi lebih 'ramping' dan terfokus. Meski penjualan turun, dari Rp 180 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 166 miliar di tahun 2012, kami tetap optimis produk OTC kami akan tumbuh di tahun 2013," tutur Markus.