Dalam podcast terbaru, Mark Zuckerberg menjelaskan alasan mengapa Meta membuka akses ke model AI mereka, membandingkannya dengan stabilitas yang dibawa oleh Augustus Caesar, dan berambisi untuk mengubah dinamika pasar AI.
.
Mark Zuckerberg, CEO Meta, sering dibandingkan dengan Augustus Caesar. Keduanya mulai berkuasa sejak muda dan bertekad membangun kekaisaran mereka. Bedanya, Zuckerberg lebih cenderung mengambil langkah cepat, sementara Augustus lebih perlahan.
Dalam podcast terbaru, seperti ditulis The Economist, Zuckerberg menjelaskan alasan di balik keputusannya menjadikan model kecerdasan buatan (AI) Meta sebagai sumber terbuka, seraya mengaitkannya dengan era stabilitas yang diinisiasi oleh Augustus.
"Model kecerdasan buatan (AI) Meta sebagai sumber terbuka," mengacu pada keputusan perusahaan untuk membuat teknologi AI mereka, khususnya model bahasa besar seperti Llama 3.1, tersedia secara gratis untuk umum. Artinya, siapa saja dapat mengakses, menggunakan, dan mengembangkan lebih lanjut model ini tanpa harus membayar royalti atau lisensi.
Dengan menjadikan model AI sebagai sumber terbuka, Meta mengundang pengembang, peneliti, dan perusahaan lain untuk berkontribusi pada pengembangan lebih lanjut. Hal ini bisa mempercepat inovasi karena memungkinkan ide-ide baru dan perbaikan pada model tersebut dari banyak sumber.
Membuka akses ke model AI canggih memungkinkan lebih banyak orang dan organisasi untuk mengexplorasi dan memanfaatkan AI, terlepas dari sumber daya finansial atau teknis yang mereka miliki. Ini membantu menyamakan lapangan bermain antara perusahaan besar dengan sumber daya yang melimpah dan startup atau peneliti dengan sumber daya yang lebih terbatas.
Demikian pula, dengan membagikan model AI mereka secara gratis, Meta bisa mengubah dinamika pasar AI. Ini memberi mereka keuntungan dalam komodifikasi teknologi AI, potensial mengurangi keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan lain yang menjual akses ke model AI serupa.
Seperti diketahui, pada 23 Juli, Zuckerberg mengumumkan secara detail alasan di balik kebijakan sumber terbuka AI Meta melalui manifesto yang dirilis bersamaan dengan Llama 3.1, sebuah model bahasa besar yang tersedia gratis.
Versi ini disebut-sebut sebanding dengan produk terbaik dari OpenAI, pembuat ChatGPT. Langkah ini dimaksudkan agar Meta lepas dari ketergantungan pada pihak seperti Apple. Namun, ironisnya, Meta menjadi satu-satunya pengendali atas Llama.
Model baru ini mengundang banyak perhatian. Versi terbesarnya memiliki 405 miliar parameter—hampir enam kali lipat dari model sebelumnya. Zuckerberg berambisi untuk mengalahkan pesaing seperti OpenAI dengan model yang lebih terbuka, memicu debat sengit antara pendukung model sumber terbuka dan tertutup.
Masih ada pertanyaan tentang seberapa "terbuka" kah model-model Meta, dan seberapa serius keterlibatan mereka dalam pendekatan ini. Namun, Zuckerberg yakin kerja sama dengan komunitas sumber terbuka akan meningkatkan model mereka, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja produk AI yang mereka tawarkan lewat Facebook, Instagram, dan WhatsApp, sehingga meningkatkan penggunaan dan keuntungan.
Zuckerberg juga menyadari risiko keamanan yang bisa muncul dari model sumber terbuka, terutama potensi penyalahgunaan. Namun, dia percaya bahwa dengan menyebarkan kekuasaan kepada banyak orang, risiko ini bisa diminimalkan. Dia berargumen bahwa menjaga model tertutup untuk menghalangi akses China bisa merugikan inovasi Amerika dan tetap tidak efektif menghentikan pencurian teknologi.
Dengan percaya diri, Zuckerberg berkomitmen pada jalan yang dia pilih, yakin bahwa membuka akses akan membawa manfaat jangka panjang bagi dunia dan bagi Meta, serupa dengan era damai yang dibawa oleh Augustus. Ia bertekad untuk melanjutkan pertarungannya, meyakinkan bahwa transparansi dan kerja sama adalah kunci untuk perdamaian dan kemakmuran masa depan.