MIX.co.id - Mendekati akhir tahun, beberapa fenomena menarik kerap terjadi di bursa saham. Salah satunya, “December Effect” yang ditunjukkan dengan meningkatnya volume pembelian saham di pasar.
Meski tak selalu ada tiap tahun, namun jika fenomena itu datang, biasanya ditandai dengan akumulasi masif menjelang Hari Natal, hingga penutupan perdagangan pasar di akhir tahun.
Oleh karena itu, fenomena ini juga sering disebut sebagai “Santa Claus Rally”. Kemungkinan ini dikaitkan dengan psikologi suka cita pelaku pasar melakukan aksi beli saham menyambut datangnya Santa Claus (simbol inspiratif Natal).
Dituturkan Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto, secara teori aksi akumulasi beli saham tersebut dipicu oleh aksi window dressing oleh fund manager dan emiten untuk meningkatkan kinerja portofolio kelolaannya. Tujuannya, agar posisi portofolio mereka terlihat lebih cantik saat menyajikan laporannya kepada pemilik dana.
"Secara sederhana, praktik window dressing, bisa diibaratkan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas aneka warna, lalu diberi pita agar terlihat lebih cantik dan menarik. Upaya mempercantik portofolio, ternyata tak hanya berlaku menjelang akhir tahun. Tapi, juga kerap terjadi setiap kuartalan, yakni Maret, Juni, serta September. Aksi akumulasi itu dilakukan dalam rangka mengantisipasi kinclongnya laporan keuangan emiten, yang diasumsikan lebih baik dari kuartal atau tahun sebelumnya," urainya.
Setelah window dressing, peluang berikutnya berlanjut dengan fenomena “January Effect” yang biasanya berlangsung pada pekan pertama, kedua, dan ketiga di Januari atau awal tahun. Namun, tak tertutup kemungkinan siklus psikologi pergerakan pasar itu terjadi sepanjang Januari, tanpa jeda penurunan. Hal itu ditandai dengan aksi akumulasi atau beli oleh para pengelola dana besar untuk mengisi keranjang portofolio mereka.
Beberapa fenomena tesebut, dikatakan Manuel Adhy Purwanto, bisa memberikan rasa optimistis bagi pemodal yang ingin menambah portfolio di akhir tahun. Pasalnya, peningkatan likuiditas di pasar yang signifikan tersebut biasanya memicu kenaikan harga saham, yang kemudian mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).
Namun demikian, menurutnya, window dressing juga perlu disikapi dengan kehati-hatian para investor, harus didukung dengan ketersediaan informasi investasi dan data yang lengkap, akurat, dan update.
"Sesuai visi moduit 'Semua orang berhak sejahtera', Moduit turut membantu perbaikan dan meningkatkan kesejahteraan dengan menggunakan ekosistem dan kekuatan digital. Kami berharap dapat menjangkau lebih banyak investor berinvestasi di reksa dana dan obligasi. Moduit hadir dan siap membantu masyarakat yang berminat berinvestasi di reksa dana dan obligasi yang menguntungkan, sekaligus membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama meraih tujuan investasi,” tutup Manuel Adhy Purwanto.