New Normal: Ancaman atau Peluang?

Kita memasuki kondisi kenormalan baru, kondisi ekonomi yang didasarkan pada keseimbangan kondisi yang mapan. Pergeseran dari ekonomi berbasis konsumsi ke inovasi.

Pada tahun 2009, CEO Pacific Investment Management Company, LLC (PIMCO) Mohamed El-Erian  menciptakan ungkapan yang popular bahkan sekarang makin terkenal,  "New Normal” (Kenormalan Baru).

Ungkapan tersebut dikemukakan El-Erian untuk menggambarkan dunia bisnis yang memberikan nilai hasil yang lebih rendah dan pertumbuhan yang lebih lambat di negara maju daripada yang dinikmati generasi sebelumnya.

Ungkapan El-Erian banyak didengar karena PIMCO bukan lembaga sembarangan. PIMCO (Pacific Investment Management Company, LLC) adalah perusahaan manajemen investasi global yang berfokus pada manajemen pendapatan tetap aktif.

Mereka adalah salah satu manajer investasi terbesar, yang secara aktif mengelola lebih dari $ 1,78 triliun aset untuk bank sentral, dana kekayaan negara, dana pensiun, perusahaan, yayasan dan dana abadi, dan investor individu di seluruh dunia.

Ungkapan itu secara diam-diam menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi dan pengembalian pasar modal yang tinggi selama setengah abad terakhir adalah normal.

Pengembalian riil yang tinggi dari saham dan obligasi, dipasangkan dengan pertumbuhan PDB riil yang cukup cepat, dari 2% hingga 4% dari akhir Perang Dunia II hingga akhir-akhir ini, kelihatan normal pada akhir 1990-an.

Lalu mengapa tidak kembali ke norma masa lalu? Rob Arnot dalam tulisannya di Journal of Portfolio Management tahun 2012, mengatakan bahwa kita tidak kembali karena masa lalu adalah abnormal. Kita memasuki kondisi kenormalan baru, kondisi ekonomi yang didasarkan pada keseimbangan kondisi yang mapan.

Dalam kunjungannya ke Henan, Mei 2014, untuk pertama kalinya Presiden China Xi Jinping memperkenalkan frasa “Neew Normal.” Sejak itu, “New normal" menjadi kata kunci di China. Kemudian pada KTT APEC 20 November 2014, Presiden Xi mencirikan "normal baru" China sebagai pertumbuhan yang lebih lambat, restrukturisasi ekonomi, dan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi.

Momentum kemerosotan ekonomi China mendorong pemerintah untuk mencari sumber pertumbuhan baru dan mendorong perusahaan multinasional dan Cina untuk mencari Rencana B agar kemajuan ekonomi di negara terbesar kedua di dunia itu terus berlanjut.

Tahun 2014, China melangkah dengan mantra "kenormalan baru". Dalam tulisannya di Chinadailyasia.com, Margit Molnar - head of China Desk, Economics Department of OECD - inovasi telah dipilih oleh presiden China sebagai tema utama untuk G20.

Langkah ini memberikan dorongan baru bagi tindakan kebijakan di seluruh dunia untuk menghidupkan kembali ekonomi global dan mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang.

Dengan kata lain, "kenormalan baru" berarti ekonomi China telah memasuki fase baru yang berbeda dari pola pertumbuhan kecepatan tinggi masuk ke tren baru yang menampilkan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, kecepatan menengah hingga tinggi dengan efisiensi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)