Nippon Paint Fasilitasi Pengalaman Berkunjung ke Museum Macan

Nippon Paint bersinergi dengan Museum Macan resmi memberikan dukungannya pada pameran besar seni kontemporer bertajuk "Melati Suryodarmo: Why Let the Chicken Run?". Dukungan tersebut diberikan Nippon Paint melalui implementasi warna cat sebagai kanvas atau latar untuk memfasilitasi pengalaman berkunjung di Museum Macan pada pameran "Melati Suryodarmo: Why Let the Chicken Run?" yang akan berlangsung mulai 28 Februari hingga 31 Mei 2020.

"Museum Macan adalah museum di Indonesia yang menyuguhkan seni modern dan kontemporer dengan konsep serta tatanan artistik kelas dunia. Museum Macan juga mampu memberikan pengalaman seni yang relevan, ramah, dan holistik bagi pengunjungnya. Hal inilah yang menjadi ketertarikan Nippon Paint untuk berkolaborasi melalui implementasi warna cat sebagai kanvas atau latar untuk memfasilitasi pengalaman pengunjung di Museum Macan," papar Jon Tan, CEO (Decorative Paints) Nippon Paint Indonesia.

Sejak dibuka 2017, Museum Macan telah memantapkan dirinya sebagai lembaga budaya terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. Museum Macan juga telah menyelenggarakan pameran kelas dunia yang menampilkan seniman Jepang terkenal dunia Yayoi Kusama, seniman Tiongkok kontemporer terkemuka Xu Bing dan seniman Taiwan Lee Mingwei, serta seniman Indonesia yang secara historis penting, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, dan Heri Dono.

Ditambahkan Aaron Seeto, Direktur Museum Macan, "Ada banyak komponen yang digunakan untuk membuat pameran yang kompleks, dan desain pameran adalah salah satu bidang utama tersebut. Kemitraan dengan Nippon Paint ini telah dinanti-nantikan oleh para perancang pameran. Kami bersama mereka akan membantu menyampaikan kisah seni kontemporer kepada publik. "

Warna yang akan digunakan sebagai latar untuk pameran Melati Suryodarmo: Why Let the Chicken Run? yaitu: White (145), Smoking Gray (NP N 2045T), Torrents (NP BGG 1758D), Black (D1), dan Pearl Gold (RAL 1036). "Melalui kolaborasi dengan Museum Macan, kami berharap dapat berkontribusi pada seni kontemporer yang berkelanjutan di Indonesia," tutup Jon Tan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)