Pandemi Picu Pertumbuhan Pasar Data Center di Asia Pasifik

Studi Market Research Company Technavio memprediksi bahwa pasar data center global pada 2020 hingga 2024 akan tumbuh sebesar US$ 304,87 juta. Pertumbuhan tercepat akan terjadi di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, S&P juga merilis hasil studinya yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan di kawasan Asia-Pasifik akan mencapai sekitar 10% CAGR pada 2017 hingga 2022. Itu artinya, lebih tinggi dibandingkan dengan industri data center global yang diperkirakan mencatat CAGR sebesar 7%.

Hal itu mendorong pembicaraan mengenai rencana meningkatkan infrastruktur data center dengan pemanfaatan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan otomasi semakin menjadi prioritas di banyak perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi operasional dan ketahanan bisnis.

Dituturkan Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, “Kondisi pandemi saat ini mendorong perusahaan yang visioner semakin tertarik pada teknologi prediktif dan kapabilitas jarak jauh untuk data center mereka. Kemampuan departemen TI (Teknologi Informasi) untuk memprediksi gangguan dan downtime yang tidak direncanakan di lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian seperti saat ini dapat meminimalkan dampak terhadap bisnis. Menurut perusahaan analis Aberdeen Research, gangguan bisnis berpotensi merugikan perusahaan sekitar $260.000 per jam bergantung pada jenis industrinya.”

Lebih jauh ia menerangkan, selama bertahun-tahun, AI dan pembelajaran mesin telah mengalami perkembangan yang signifikan. Bahkan, kini menjadi semakin cerdas dari sebelumnya. Dalam hal data center, algoritme yang telah dibangun untuk otomatisasi dan pemeliharaan prediktif menjadi lebih disempurnakan, sehingga memungkinkan departemen TI untuk lebih fokus pada strategi perencanaan dibandingkan mengerjakan tugas yang bersifat rutinitas.

“Situasi pandemi menyadarkan perusahaan yang masih mengandalkan staf pendukung data center yang berada di lokasi bahwa kondisi yang tak terduga ini menyebabkan ruang gerak mereka menjadi terbatas dan tidak memiliki visibilitas ke dalam operasional data center. Dengan platform manajemen berbasis cloud generasi berikutnya seperti EcoStruxure IT with Public API, staf TI dapat mengelola lokasi data center dari jarak jauh dan dengan cara yang jauh lebih aman,” lanjutnya.

Meningkatkan kecerdasan dan otomatisasi infrastruktur fisik dan sistem manajemen memungkinkan data center menjadi lebih andal dan efisien. Hal ini juga memungkinkan pengumpulan dan analisis data dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dengan kemampuan prediktif.

Berdasarkan data Departemen Energi Amerika Serikat, pemeliharaan prediktif (yang memungkinkan untuk melakukan perbaikan perangkat sebelum terjadi kerusakan) sangat menghemat biaya sekitar 8 persen hingga 12 persen dibandingkan pemeliharaan preventif (yang secara teratur dijadwalkan, pemeliharaan berbasis kalender), dan hingga 40 persen lebih hemat dibandingkan perawatan reaktif (tidak melakukan perawatan pada peralatan operasi hingga terjadi kerusakan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)