MIX.co.id - Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua (ageing population). Berdasarkan data tahun 2024, 12% populasi Indonesia adalah lansia dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2050. Hingga tahun 2022, ads 20,7% populasi lansia di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan yang dapat menurunkan tingkat produktivitas.
Fenomena ageing population di Indonesia tentu saja perlu direspons secara strategis. Harapannya, kelompok lansia tetap dapat hidup sehat, produktif, dan berkontribusi pada pembangunan nasional. Salah satu langkah penting untuk mewujudkannya adalah dengan memperkuat sistem kesehatan dan layanan perawatan jangka panjang yang berfokus pada kebutuhan lansia.
Oleh karena itu, dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional dan Hari Keluarga Nasional, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) dan didukung oleh GSK Indonesia menyampaikan pentingnya upaya peningkatan edukasi mengenai imunisasi dalam melindungi lansia terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi menular pernapasan yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti influenza, Covid-19, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Dijelaskan Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan RI dr. Imran Pambudi, MPHM, “Kementerian Kesehatan mendorong kesehatan lansia dan melihatnya sebagai proses berkelanjutan dalam mengoptimalkan peluang dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatakan kesehatan fisik dan mental, kemandirian, dan kualitas hidup sepanjang hidup untuk mencapai kondisi penuaan yang sehat. Dalam skema Siklus Hidup, pemerintah memberi perhatian lebih pada lansia, salah satunya melalui peningkatan edukasi mengenai perlindungan kesehatan terhadap lansia dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.”
Lansia umumnya mengalami penurunan kekebalan tubuh seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi (ARDI / Age-Related Decline in Immunity). Kerentanan ini menjadi semakin penting untuk diperhatikan dalam situasi tripledemic, yaitu fenomena ketika tiga virus pernapasan seperti RSV, Covid-19, dan Influenza bersirkulasi secara bersamaan. Pada umumnya, RSV diketahui lebih menular dibandingkan dengan Covid-19 dan memiliki tingkat kondisi medis yang lebih buruk dibandingkan dengan Covid-19 atau influenza pada dewasa. Lebih dari itu, pada kondisi mass gathering atau kegiatan yang melibatkan banyak orang berkumpul di satu lokasi dalam waktu yang bersamaan, seperti ibadah Haji dan Umroh atau kegiatan kumpul keluarga saat liburan, berpotensi meningkatkan risiko penularan ketiga virus di atas.
dr. Imran Pambudi, MPHM, menambahkan, “Peningkatan edukasi mengenai perlindungan terhadap lansia sangatlah penting. Ini mengingat tantangan kesehatan yang semakin kompleks, termasuk risiko penyakit menular pernapasan yang dapat berdampak serius pada kelompok usia lanjut, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, atau gangguan pernapasan kronis. Oleh karena itu, penting untuk secara aktif berkonsultasi dengan tenaga medis guna mendapatkan perlindungan kesehatan yang tepat. Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan adalah melakukan vaksinasi, yang terbukti efektif dalam mencegah infeksi penyakit serta menurunkan risiko komplikasi. Mari jadikan Hari Lanjut Usia dan Hari Keluarga Nasional sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan lansia, agar mendukung terwujudnya keluarga Indonesia yang sehat."
Ada berbagai penyakit infeksi virus yang rentan dialami orang dewasa, terutama lansia, salah satunya infeksi virus RSV (Respiratory Synctial Virus). RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi. Gejala RSV meliputi hidung tersumbat, batuk, dan demam ringan yang gejalanya timbul menyerupai infeksi influenza ringan sehingga diagnosisnya sulit dilakukan dan banyak dari mereka tidak menyadari bahwa gejala yang dialami disebabkan oleh RSV.
RSV menjadi salah satu penyebab paling umum dari pneumonia yang disebabkan virus. Infeksi RSV dapat menular dan menyebar dengan mudah di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari. Sedangkan untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan 4 minggu. Sampai saat ini, belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, yang meningkatkan kesulitan dalam penanganannya, sehingga tindakan preventif termasuk vaksin RSV adalah hal yang penting.
RSV utamanya dikenal sebagai penyakit dengan beban yang tinggi pada bayi dan anak-anak. Padahal pada golongan lansia, kekebalan tubuh mulai menurun, sehingga lansia juga rentan terhadap infeksi RSV. Menurut studi, mereka yang berada dalam satu ruangan atau berdiam dengan anak yang terinfeksi RSV, memiliki risiko 22 kali lebih besar untuk tertular RSV.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD – KEMD, FINASIM menerangkan, “Di Indonesia, jumlah penduduk dewasa yang menderita diabetes diperkirakan semakin meningkat, lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2024 menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Menurut studi, RSV dapat meningkatkan risiko rawat inap pada lansia yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes. Lebih dari itu, pasien diabetes berusia ≥65 tahun dengan RSV diperkirakan hingga 11,4 kali lebih berisiko dirawat di rumah sakit dibandingkan pasien tanpa diabetes. Hal ini dapat dikarenakan mereka dengan usia di atas 60 tahun umumnya mengalami Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) yang membuat semakin rentan terhadap infeksi penyakit, salah satunya RSV. Dengan demikian, pencegahan infeksi seperti RSV bukan hanya soal menghindari flu berat—ini adalah bagian penting dari manajemen penyakit kronis secara menyeluruh.”
Ketika terkena penyakit, terdapat beban ekonomi yang perlu ditanggung seperti biaya rawat inap, biaya tenaga medis, dan juga biaya pelayanan profesional pemberi asuhan (caregiver). Biaya total yang diperkirakan untuk pasien rawat inap dewasa ketika terkena infeksi saluran pernapasan akibat virus, seperti pneumonia, di Indonesia bagi pasien JKN bisa lebih dari Rp7 juta per pasien untuk satu episode perawatan. Berdasarkan penelitian dengan pendekatan proyeksi matematika, jumlah infeksi akibat RSV di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai 24,5 juta kasus dalam lima tahun. Di Indonesia, jumlah kasus diprediksi mencapai 9,7 juta dalam periode yang sama. Data ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan urgensi peningkatan edukasi untuk mencegah penyebaran infeksi RSV terutama di Indonesia.
Dalam mencegah penyebaran RSV, terdapat beberapa upaya yang...