MIX.co.id - Pasca merampungkan akuisisi pada akhir Desember 2022 lalu, PT Kalbe Farma Tbk. melakukan rebranding terhadap PT Aventis Pharma atau Sanofi Indonesia. Resmi bergabung dengan Kalbe Group, Aventis Pharma atau Sanofi Indonesia berganti nama menjadi PT Kalventis Sinergi Farma (Kalventis).
“Kalbe berkomitmen untuk terus menyehatkan bangsa. Dengan tagline Bersama Sehatkan Bangsa, tentu saja Kalventis akan memberikan kontribusinya melalui layanan dan produk yang inovatif bagi masyarakat. Di antaranya, akses obat-obatan diabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah, onkologi, serta vaksin untuk anak hingga dewasa,” papar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius, pada saat konferensi pers hari ini (8/5), di Jakarta.
Bersamaan dengan rebranding itu, Kalbe menggelar berbagai program. Antara lain, menyambut World Immunization Week (WIW), Kalbe menggelar Kalventis Vaccine Summit (KVS), yakni holistic event yang dilakukan selama satu bulan. KVS bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi serta mendorong peningkatan cakupan imunisasi, setelah sempat menurun di masa pandemi Covid-19.
“Melalui Kalventis Vaccine Summit, Kalbe ingin mendorong masyarakat untuk peduli terhadap vaksinasi agar memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kalbe akan terus bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, tenaga kesehatan profesional, serta lembaga terkait lainnya dalam meningkatkan cakupan vaksinasi pada populasi anak-anak maupun dewasa,” terang Vidjongtius.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Kalventis Sinergi Farma Ridwan Ong menjelaskan, rangkaian program KVS akan melibatkan dunia kesehatan secara umum, antara lain Health Care Professionals (Pediatrician, Internal Medicine, dan General Practitioner), Pakar imunisasi, fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik), kelompok awam, komunitas, dan pelaku perjalanan (wisatawan, jemaah haji/umroh, perjalanan dinas).
“Kegiatannya mencakup acara ilmiah, media brief, talkshow di radio dan televisi, pemberian vaksin flu kepada tenaga kesehatan, social media engagement melalui platform Kenapa Harus Vaksin (KHV) milik Kalventis, community engagement, juga campaign di sejumlah fasilitas kesehatan,” urai Ridwan.
Sementara itu, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM menyambut baik kegiatan KVS. Sebab, peningkatkan pemahaman masyarakat mengenai manfaat vaksinasi memegang peranan penting dalam meningkatkan cakupan vaksinasi dan tercapainya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Menurutnya, vaksinasi pada dewasa bermanfaat dalam mencegah infeksi dan keparahan akibat penyakit menular, hingga dapat menurunkan angka rawat inap maupun kematian. Sedangkan hal-hal yang menjadi pertimbangan orang dewasa direkomendasikan pemberian vaksin, di antaranya usia, komorbid, pekerjaan atau gaya hidup, aktivitas travelling, dan riwayat vaksinasi sebelumnya.
Selain Covid-19, beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah vaksin influenza kuadrivalen, Pneumokokus, Meningitis, HPV (Human Papillomavirus) untuk perempuan maupun laki-laki, Japanese Encephalitis, yellow fever, typhoid, cholera, dengue, hepatitis A, hepatitis B, MMR (measles, mumps, rubella), Td/Tdap (tetanus, difteri, pertusis), varicella (cacar air), zoster, hingga Rabies bagi yang terkena gigitan hewan penular rabies.
“Kami mengimbau masyarakat agar dengan kesadaran penuh melakukan vaksinasi, baik secara individu maupun kolektif, untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit bagi komunitasnya,” lanjut Dr. Sukamto.
Sejatinya, vaksinasi juga penting untuk anak. Sebab, menurut Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, SpA(K), imunisasi merupakan upaya pencegahan efektif untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Beberapa di antaranya, difteri, tetanus, pertusis, polio, campak, dan rubella.
Hal itu menjadi perhatian pemerintah, mengingat pada akhir tahun 2022, sejumlah daerah telah menetapkan status KLB (Kejadian Luar Biasa) untuk penyakit difteri, campak, rubella, dan polio. “Padahal, rendahnya cakupan imunisasi dan adanya KLB mengancam kesehatan anak-anak, terutama yang belum diimunisasi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi rutin lengkap, yang meliputi imunisasi dasar (sampai usia 1 tahun), imunisasi lanjutan (usia baduta), dan imunisasi usia sekolah dalam program BIAS sampai SD kelas 6. Dengan demikian, semua anak terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.