MIX.co.id - Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar perusahaan di Asia Tenggara melakukan transformasi sekaligus beradaptasi dengan kondisi tersebut. Transformasi ini dapat terlihat dari sejumlah fase pada masing-masing periode.
Dipaparkan Managing Director IDC ASEAN Sudev Bangah, pada acara Lintasarta Cloudeka Conference: ICT & Business Outlook 2022, "Pada kuartal II 2020, 60% perusahaan di Asia-Pasifik mulai mengubah mindset mereka untuk menjadi perusahaan yang tangguh dalam menghadapi krisis."
Merujuk hasil studi International Data Corporation (IDC) Covid Wave Survey, pada kuartal IV 2020, 31% perusahaan di Asia Tenggara mengalihkan fokus investasi pada model bisnis baru, melakukan ekspansi pasar, dan mengubah strategi pendekatan terhadap konsumen. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk memastikan perusahaan tetap dapat beroperasi dan menjalankan bisnisnya.
Menjelang akhir 2020, tingkat optimisme pelaku bisnis terlihat lebih tinggi. Hal ini dipicu oleh peluncuran vaksin dengan harapan ekonomi akan berangsur membaik dan kasus positif Covid-19 melandai dan lebih stabil di pasar.
Sementara itu, belanja teknologi informasi (TI) secara keseluruhan terkontraksi 1,1%. Angka ini sedikit lebih baik dari perkiraan sebelumnya, yaitu kontraksi 2% sampai 3%. Sebagian besar pengeluaran teknologi tersebut difokuskan untuk penggunaan cloud, analytics, automasi, aplikasi keamanan, produktivitas, dan komunikasi.
Pada kuartal I 2021, sejumlah perusahaan mengatur ulang strategi mereka agar menjadi perusahaan yang berorientasi di masa depan. Hal tersebut dilakukan dengan menjalankan investasi yang tepat dan memperkuat infrastruktur teknologi. Pada akhirnya, kedua hal tersebut menghasilkan platform digital, automasi bisnis, dan pengelolaan data bisnis secara modern bagi perusahaan.
Studi IDC Cloud Pulse Asia/Pacific, 2021 mengungkapkan bahwa perubahan strategi digital menyebabkan perusahaan membutuhkan layanan cloud yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebanyak 54% perusahaan menggunakan anggaran belanja operasional lebih besar untuk pengadaan cloud.
Sementara itu, 84% di antaranya lebih memilih penyedia layanan cloud yang bisa membantu mereka mengatur aktivitas bisnisnya; 44% perusahaan menginginkan layanan cloud yang menyediakan keamanan data lebih baik; dan 22% perusahaan ingin layanan cloud yang menyediakan akses yang sesuai aktivitas bisnisnya.
“Pengelolaan anggaran untuk TI merupakan hal yang kritikal, perusahaan harus dapat membuat keputusan belanja teknologi yang selaras dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai perusahaan. Belanja teknologi yang dilakukan harus dapat mendukung keberlanjutan bisnis, membantu perusahaan meningkatkan kualitas sistem supply chain, memastikan produksi tetap berjalan dan perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen,” Sudev Bangah menyarankan.
Ditambahkan Marketing & Solution Director Lintasarta Ginandjar, dunia bisnis mulai merasakan kebutuhan akan adaptasi teknologi yang semakin cepat. Kehadiran pandemi Covid-19 justru menjadi katalisator yang menyebabkan permintaan akan implementasi digitalisasi di semua lini datang secara serentak. “Cloud hadir sebagai solusi dengan membawa berbagai kemudahan dan keunggulan, terutama untuk mendukung implementasi digital,” ucapnya.
Kendati demikian, transformasi digital tidak dapat terjadi dalam satu malam. Perusahaan berorientasi digital membutuhkan perencanaan yang matang dan melalui peta jalan rencana transformasi digital tersebut. "Dalam penyusunan tahapan transformasi digital pada sebuah bisnis, dibutuhkan fundamental yang kuat, seperti kesiapan, dan kematangan infrastruktur, salah satunya Cloud," tegas Ginandjar.