Inovasi dalam industri kecantikan terus berkembang, dengan perempuan memainkan peran kunci dalam menciptakan teknologi kosmetik yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dari paten kosmetik hingga AI dalam estetika, temukan bagaimana inovasi ini membentuk masa depan industri kecantikan di Indonesia.
.

.
Industri kosmetik telah berkembang pesat selama berabad-abad dan terus menghadirkan inovasi dalam produk dan teknologi kecantikan. Meskipun mayoritas konsumen kosmetik adalah perempuan, keterlibatan perempuan dalam penciptaan teknologi kosmetik masih mengalami tantangan. Paten kosmetik merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur kontribusi perempuan di bidang inovasi ini (Lee, Jeon, & Sohn, 2024).
Fenomena inilah yang ingin ditangkap oleh Majalah MIX MarComm melalui anugerah PRODUCTS OF THE YEAR 2025. Lewat sigi terhadap produk-produk baru yang diluncurkan sepanjang dua tahun terakhir (2024 dan sebagian 2023), penghargaan ini menyoroti inovasi yang telah memberikan dampak signifikan di industri kecantikan dan kesehatan.
Penghargaan ini tidak hanya memberikan apresiasi terhadap inovasi produk, tetapi juga mendorong lebih banyak perusahaan untuk terus berinovasi dalam menghadirkan solusi kecantikan yang lebih aman, efektif, dan berkelanjutan.
Sejarah mencatat bahwa kosmetik telah digunakan sejak peradaban Mesir Kuno, tetapi paten kosmetik baru mulai berkembang pada abad ke-20. Perempuan mulai aktif dalam inovasi kosmetik seiring meningkatnya akses mereka terhadap pendidikan di bidang sains dan teknologi. Salah satu contoh penting adalah penemuan maskara modern oleh Helena Rubinstein, yang terus berkembang menjadi berbagai formula inovatif (Lee et al., 2024).
Meskipun keterlibatan perempuan dalam penciptaan paten kosmetik terus meningkat, terdapat perbedaan dalam karakteristik dan kinerja paten yang diajukan oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Studi menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung mengembangkan teknologi yang berfokus pada kebutuhan spesifik pengguna, seperti perawatan kulit berbasis bahan alami dan teknologi kosmetik ramah lingkungan (Lee et al., 2024).
Salah satu contoh inovasi perempuan dalam kosmetik adalah paten yang diajukan oleh Florence Graham, pendiri Elizabeth Arden, yang mengembangkan krim pelembap dengan kandungan khusus untuk melindungi kulit dari polusi. Inovasi lainnya datang dari Pat McGrath, seorang ahli kosmetik yang menciptakan formula pigmen warna yang kini digunakan dalam berbagai produk kosmetik high-end (Lee et al., 2024).
Analisis terhadap paten kosmetik menunjukkan bahwa meskipun jumlah paten yang diajukan oleh perempuan meningkat. Namun tingkat keberhasilan mereka dalam mendapatkan hak paten masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor seperti perbedaan dalam akses ke sumber daya penelitian, jaringan profesional, dan bias dalam proses persetujuan paten menjadi tantangan utama bagi perempuan dalam inovasi kosmetik (Lee et al., 2024).
Selain itu, inovasi perempuan dalam paten kosmetik sering kali lebih berorientasi pada kesehatan dan keamanan pengguna. Contohnya adalah paten untuk kosmetik hipoalergenik dan teknologi perawatan kulit berbasis bioaktif yang dikembangkan oleh tim peneliti perempuan di berbagai perusahaan kosmetik global (Lee et al., 2024).
Studi juga menemukan bahwa kolaborasi antara tim campuran gender dalam inovasi kosmetik dapat menghasilkan paten dengan nilai komersial lebih tinggi dan memiliki tingkat adopsi pasar yang lebih luas. Oleh karena itu, mendorong keterlibatan perempuan dalam tim inovasi kosmetik dapat menjadi strategi efektif dalam menciptakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen (Lee et al., 2024).
Seiring tren kesehatan dan self-care yang semakin berkembang,...