Pentingnya Cybersecurity di tengah Praktik Kerja Jarak Jauh

Tren Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah masih, alias bekerja dari jarak jauh, terus berlangsung sejalan dengan mulai diperlonggarnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Namun, salah satu tantangan dari praktik bekerja jarak jauh adalah cybersecurity.

Praktik bekerja jarak jauh dapat dimanfaatkan oleh para peretas untuk mencuri data, karena mereka secara konsisten selalu mencari cara untuk mengambil keuntungan dari interkonektivitas perangkat pengguna.

Studi McAfee berjudul Cloud Adoption & Risk Report – Work-from-Home Edition, dijumpai adanya peningkatan 50% dalam penggunaan komputasi awan di seluruh dunia bersamaan dengan peningkatan dua kali lipat di lalu lintas komputasi awan dari perangkat yang tidak dikelola oleh perusahaan. Dengan demikian, rentan terhadap potensi kehilangan data. Yang lebih mengkhawatirkan adalah ancaman komputasi awan dari faktor eksternal meningkat 630%, yang sebagian besar menargetkan layanan platform seperti Microsoft 365.

Diungkapkan Jonathan Tan, Managing Director Asia McAfee, bagi perusahaan besar yang telah memiliki investasi cybersecurity, mungkin hal ini tidak menjadi ancaman substansial. Namun bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang belum berinvestasi secara memadai dalam proses transformasi digital, ini menjadi suatu kekhawatiran tersendiri dalam menjamin keberlangsungan bisnis mereka.

Sebelum Covid-19, Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia telah membantu mempercepat proses transformasi digital dengan terus meningkatkan infrastruktur jaringan dan satelit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi, investasi ini tidak bisa membantu bisnis yang belum menjalankan transformasi digital.

“Berdasarkan hasil survei IDC terhadap perusahaan Indonesia pada tahun 2019, 45% perusahaan mengakui pentingnya mengukur keberhasilan transformasi digital dalam menentukan langkah perusahaan selanjutnya. Namun, transformasi digital adalah proses yang berkelanjutan, dan masih banyak yang harus dilakukan," ucapnya.

Lantas, bagaimana bisnis dapat memastikan bahwa mereka dapat mengatasi ancaman serangan siber saat dan setelah pandemi, dalam kondisi lingkungan bisnis yang berubah sangat cepat? Dijawan Jonathan Tan, ada tiga cara.

Pertama, Gunakan Referensi. Saat ini, ada banyak saran dari pelaku bisnis tentang langkah-langkah yang dapat diambil terkait kelangsungan bisnis. Bahkan, beberapa berbagi kerangka kerja mereka. "Bahan-bahan ini baik untuk digunakan sebagai referensi ketika mengembangkan suatu kerangka kerja, dan harus dilakukan dengan tujuan memaksimalkan efektivitas," ucapnya.

Kedua, bekerja erat dengan karyawan. Membuat sebuah kerangka kerja membutuhkan keterlibatan karyawan, dan sangat penting mengomunikasikan perilaku dan dampak yang diharapkan untuk memastikan karyawan dapat memanfaatkan praktik kerja jarak jauh secara maksimal.

Ketiga, jangan takut mencoba hal baru. Sangat mungkin bahwa tolak ukur keberhasilan akan ditentukan secara terburu-buru dan kerangka kerja akan terus berubah seiring dengan berbagai masukan penting terhadap pengembangan perangkat dan potensi ancaman. Namun, pada akhir akhirnya, proses ini penting karena bisnis yang berada di tengah-tengah transformasi harus memiliki kerangka kerja yang efektif berdasarkan pengalaman yang ada, dengan tujuan kelangsungan bisnis.

“Ketika bicara tentang cybersecurity, bisnis yang berubah secara digital harus memahami bagaimana penyimpangan dalam fitur perlindungan dapat menimbulkan kerugian, sehingga terjadi kepatuhan terhadap konsep keamanan, di mana lapisan cybersecurity dimanfaatkan untuk memastikan solusi digital yang baru dapat diimplementasikan dengan aman,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)