Pentingnya Edukasi untuk Keamanan Perbankan Digital

Program “Ngobrol@TEMPO” kembali digelar Tempo secara virtual melalui kanal Youtube, Facebook Live, dan digital TV Tempo pada awal Juli ini (8/7). Mengusung tema “Peran Perbankan Mempercepat Pemulihan Ekonomi”, program kali ini tidak hanya membahas situasi perbankan nasional, tetapi juga mengulas pergeseran perilaku masyarakat yang kini memanfaatkan layanan perbankan digital untuk melakukan transaksi keuangan agar tak tertular virus Covid-19.

Covid-19 memang telah berdampak ke semua sektor ekonomi dan bisnis, termasuk keuangan. Kondisi ini terjadi di semua negara, tak terkecuali di Indonesia. Perekonomian selama 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07%, sedangkan selama kuartal pertama 2021 pertumbuhan masih minus 0,74%.

Dalam diskusi virtual ini, Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan bahwa kondisi perbankan nasional saat ini masih dalam kondisi stabil. “Perbankan kita selalu siap menghadapi berbagai krisis dan menyokong pertumbuhan ekonomi. Ini tak lepas dari peran OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan LPS,” ia menegaskan.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa peran perbankan di tengah pandemi luar biasa. Didorong oleh POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional serta POJK Nomor 48 /POJK.03/2020, hingga kini perbankan menggelontorkan restrukturisasi kredit atau pembiayaan hampir mencapai seribu triliun rupiah.

Terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR), dari target KUR pemerintah Rp 190 triliun di 2020, perbankan berhasil menyalurkan sekitar Rp 197,04 triliun. Pada 2021 Pemerintah menargetkan penyaluran KUR Rp 253 triliun, hingga April telah terealisasi Rp 88,09 triliun. Bahkan, OJK juga mencatat permintaan kredit perbankan hingga periode Mei 2021 masih terkontraksi sebesar 1,28% year on year (yoy). “Meski masih terkontraksi, jika dilihat dari data sejak awal tahun 2021 relatif menuju tren perbaikan,” yakinnya.

Pertumbuhan ini tentu tak lepas dari digitalisasi perbankan dan perubahan perilaku nasabah yang memanfaatkan layanan digital untuk melakukan transaksi keuangan agar tak tertular virus Covid-19. Sayangnya, digitalisasi seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi mempercepat proses transaksi, di sisi lain digitalisasi membuka 'pintu risiko' baru bagi bank dan nasabah, seperti fraud dan pencurian data pribadi.

“Kami sudah menyiapkan banyak POJK yang menjamin keamanan digital. Kami lihat bank juga sudah siap dan memperkuat sistem keamanannya, tapi kecepatan hacker tidak bisa diprediksi. Tentu yang paling penting, perbankan harus terus mengedukasi dengan memperingatkan nasabah jangan menyerahkan password kepada orang lain dan berhati-hati dalam transaksi digital,” saran Heru.

Pakar ekonomi Aviliani mengatakan perkembangan bank digital tidak hanya melahirkan potensi, tetapi juga risiko kejahatan siber hingga fraud teknologi. “Bank harus melakukan deteksi risiko teknologi, misalnya dengan langkah memperkuat software dan hardware, apalagi hukum kejahatan siber di Indonesia masih lemah. Namun, masyarakat juga harus diedukasi agar menaati aturan dalam transaksi digital untuk melindungi diri mereka sendiri,” ungkapnya.

Menanggapi maraknya kasus pembobolan dana nasabah, Yuddy Renaldi Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (Bank BJB), mengimbau masyarakat untuk berhati-hati. “Untuk melindungi nasabah, kami mengembangkan antifraud system untuk melindungi cabang BJB di 14 propinsi di Indonesia. Kami punya antifraud system yang dikontrol dari pusat. Kalau skimming atau fraud terjadi kepada nasabah, kami paralel investigasi, tapi kami tetap menjaga risiko operasional dan menjaga reputasi. Lalu, kami juga melakukan proses penggantian dana nasabah,” ujarnya.

Dikatakan Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi, “Upaya penguatan internal dan sosialisasi harus terus dilakukan, karena nasabah kadang merasa password dan PIN bukan hal penting. Kedua, masyarakat mudah terjerat pishing yang menggiring nasabah memberi data penting. Untuk itu, Bank juga harus melihatnya melalui investigasi, apakah ini kelemahan dari sisi bank atau dari sisi nasabah.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)