Pentingnya Membangun Ekosistem Musik Nasional

Hari Musik Nasional yang jatuh pada hari ini (9/3) diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan industri musik di Tanah Air. Semangat itu pula yang kini tengah digalakkan oleh para pemangku kepentingan di industri musik, mulai dari artis musik, pengusaha, pemerintah, hingga komunitas penikmat musik.

Di sela-sela diskusi bertajuk “Industri Musik Nasional Menghadapi Persaingan Ekonomi dan Industri Kreatif Asia” yang digelar hari ini di Jakarta, Pengamat Musik Aldo Sianturi mengatakan bahwa belakangan ini industri musik di Indonesia memang tengah bebenah diri. Mengingat, segmen pendengar musik di Indonesia memiliki perbedaan karakter.

“Mereka yang berasal dari generasi baby boomers, masih mau membeli dan mendengarkan dari produk fisik musik. Sedangkan mereka yang berasal dari generasi millennial, yang notabene digital savvy atau technology savvy, lebih memilih mendengarkan musik lewat digital,” paparnya.

Tak mengherankan, kata Aldo, jika para millennial saat ini memiliki mental “gratisan”, alias cukup men-down load musik yang mereka inginkan dan tak menghargai hak cipta. “Mereka berpikir bahwa langkah yang mereka lakukan adalah legal. Cukup dimaklumi, karena sejak lahir mereka sudah dikelilingi dengan produk digital,” lanjutnya.

Konsumsi musik melalui media digital, diakui Aldo, juga dapat dibuktikan dari tingginya publik Indonesia yang men-down load musik di media digital. Sayangnya, musik yang di-down load dari media digital, 70%-nya adalah musik Barat. “Sementara itu, etalase untuk men-display musik-musik Indonesia makin minim. Jalur distribusi konvensional seperti toko-toko musik makin terbatas, karena banyak yang tutup,” tegasnya.

Lantas, bagaimana dengan pendapatan yang diperoleh sang artis dari produk musik di media digital? Dijawab Aldo, untuk artis papan atas seperti Raisa dan Slank misalnya, pendapatan mereka dari media digital mencapai US$ 20 ribu hingga 25 ribu per kuartalnya (tiga bulannya). Dari nilai tersebut, 70%-nya berasal dari Youtube. “Untuk itu, sudah saatnya indsutri musik di Indonesia bebenah diri,” harapnya.

Senada dengan Aldo, artis musik papan atas, dr. Tompi, juga mengakui bahwa ada sejumlah tantangan yang kini tengah dihadapi. Mulai dari pergeseran industri musik yang mengarah pada digital, kesulitan menjual produk fisik seperti CD, serta kurangnya sinergi antar seluruh pemangku kepentingan. “Artinya, baik pemusik, pengusaha, dan pemerintah jalan sendiri-sendiri,” katanya.

Ditambahkan Glenn Fredly, penyanyi papan atas asal Ambon, “Industri musik di Indonesia masih belum sustain. Produk bajakan pun masih sulit diperangi. Oleh karena itu, butuh kesadaran dari semua pihak untuk membangun ekosistem musik yang sehat.

Salah satu upaya yang tengah dilakukan adalah mengkampanyekan program #MusikBagus Day. Melalui program tersebut, diterangkan Glenn, semua pemangku kepentingan berkumpul. Mulai dari para penikmat musik, pelaku atau artis musik, pengusaha, dan pemerintah berkumpul membangun ekosistem musik nasional.

“Salah satu program #MusikBagus Day yang sudah kami gelar adalah dalam bentuk aktivasi setiap bulannya, yang jatuh pada Kamis di minggu pertama. Aktivasi ini sudah berlangsung sejak Desember 2016 lalu. Kami bekerja sama dengan Cilandak Town Square (Citos), mall berkonsep gaya hidup, yang memiliki misi yang sama, yakni membangkitkan musik Tanah Air. Di Citos inilah, aktivasi #MusikBagus Day digelar,” urai Glenn.

Pada aktivasi #MusikBagus Day, rangkaian kegiatan selama sehari diselenggarakan. Mulai dari aneka workshop musik, pasar musik yang diramaikan oleh puluhan tenant, hingga sejumlah panggung musik yang dihadirkan di area Citos. “Kami berharap melalui program #Musik Bagus Day, ekosistem musik dapat tercipta,” harap Glenn, yang menyebutkan bahwa program tersebut disambut positif oleh pasar.

Sementara itu, dari sisi pemerintah, dituturkan Deputi Hak Kekayaan Intelektual Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ary Juliano, pada dasarnya pemerintah sangat mendukung kebangkitan musik di Tanah Air. Untuk itu, dikatakannya, Presiden juga berharap industri musik nasional dapat menjadi tuan di negerinya sendiri.

Salah satu wujud nyata yang sudah dilakukan pemerintah melalui Bekraf adalah dengan mendukung Ambon sebagai City of Music atau kota musik. “Kami berusaha menjadikan musik sebagai penggerak ekonomi di kota Ambon. Antara lain, dengan mendukung terbangunnya infrastruktur yang dibutuhkan Ambon sebagai City of Music. Harapannya, Ambon sebagai destinasi wisata musik dapat terwujud di tahun 2019,” tutup Ary.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)