Pentingnya Transformasi Digital agar Media Cetak Tetap Eksis

Era disrupsi dan pandemi telah memicu “rontoknya” berbagai media cetak. Dalam beberapa tahun terkahir, tak sedikit media cetak dari grup besar terpaksa menutup medianya.

Oleh karena itu, mau-tak-mau media cetak harus bertransformasi dan mengikuti tren industri saat ini agar tetap bertahan. Di antaranya, dengan menyeriusi versi digital,memperkuat inovasi versi cetak, hingga menjalankan transformasi digital dengan sepenuh hati.

Sementara itu, di sejumlah daerah di Indonesia, kehadiran media cetak masih menjadi salah satu pilihan utama, lantaran penetrasi internet yang belum merata seperti di kota-kota besar. Tak heran, jika masih ada harapan bagi perusahaan media cetak untuk dapat bertahan.

Demikian kesimpulan yang diperoleh dari webinar “Transformasi Bisnis Media Beyond Pandemi: Masihkah Media Cetak Mampu Bertahan?” yang digelar Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, pada hari ini (8/2) secara daring melalui ZOOM. Pada kesempatan itu, hadir sebagai narasumber, Direktur Utama Majalah TEMPO Toriq Hadad dan Ketua Harian SPS Pusat Januar P. Ruswita.

Toriq menekankan pentingnya budaya perusahaan dalam melakukan transformasi bisnis media. Menurutnya, transformasi media harus dimulai dari budaya perusahaan yang harus diubah dari konvensional ke digital. “Keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) digital harus disiapkan dengan membangun fondasi yang kuat, dimulai dari sosialisasi di lingkup perusahaan, dan dilajutkan hingga ke penerapan dalam bekerja,” tegasnya.

Lebih jauh ia menerangkan, dukungan teknologi sangat berperan besar dalam proses transformasi. Saat ini, media dituntut harus memiliki road map pengembangan teknologi sendiri dengan membangun database yang langsung ke pelanggan. “Selama ini, database yang dimiliki media kebanyakan dikelola oleh pihak luar. Sudah saatnya kita mampu mengelola database sendiri, agar bisa semakin interaktif dengan konsumen,” ucapnya.

Sementara itu, dikatakan Januar P. Ruswita, dalam melakukan transformasi media, hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap menjaga brand value media. “Kekuatan brand media yang dimiliki, akan menjadi modal besar untuk mengembangkan model bisnis media yang lain. Misalnya, menyelenggarakan event-event non media,” urainya.

Keduanya juga berpendapat bahwa konten menjadi elemen penting untuk terus dirawat dan diperkuat. “Saya yakin, konten jurnalisme yang berkualitas masih memiliki pasar yang menjanjikan. Inilah saatnya mentransformasi konten berkualitas ke platform digital. Namun bukan sekadar memindah platform,” saran Januar.

Pada kesempatan itu, SPS juga menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2021 secara virtual. Mengambil tema “Meredefinisi Model Keanggotaan SPS”, rakernas yang dihadiri pengurus pusat dan pengurus SPS Cabang dari seluruh Indonesia itu membahas dua isu pokok, yakni terkait keanggotaan dan mandat verifikasi dari Dewan Pers.

Selanjutnya, untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis pers, Pengurus SPS Pusat akan terus melanjutkan dialog dengan pemerintah sebagai bagian dari upaya relaksasi perpajakan dan kesempatan memperoleh insentif finansial lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)