Di usianya yang ke-25 tahun, London School of Public Relations (LSPR) Jakarta selalu mengedepankan komitmennya terhadap kualitas. Baik kualitas pengajaran, anak didik hingga menjadi alumni, serta para pengajar. Oleh karena itu, sejumlah program yang terkait kualitas belajar-mengajar menjadi agenda rutin LSPR Jakarta.
Pada hari ini (11/8) di Prof. Djajusman Auditorium & Performance Hall, Kampus B, LSPR-Jakarta misalnya, LSPR Jakarta menggelar Studium Generale atau Kuliah Umum. Program yang dikhususkan untuk dosen, asisten dosen, dan manajemen—termasuk mahasiswa—di LSPR Jakarta itu menghadirkan dua tema utama, yakni “Proxy War = Bela Negara dan Cinta Tanah Air” yang dibawakan langsung oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo serta “Disruption of Education” yang dibawakan oleh Dr. Ronny Adhikarya.
Dikatakan Dr. Andre Ikhsano, M.Si, Wakil Ketua I LSPR-Jakarta. “Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan, pengetahuan, serta pemahaman kepada semua peserta mengenai berbagai macam perkembangan di dunia ekonomi, bisnis, serta metode pembelajaran agar dapat menyesuaikan dengan peserta didik, yaitu generasi millennial yang sarat teknologi.”
Diakui Dr. Andre, tugas dan peran besar dunia pendidikan tinggi tidak lagi sekadar menyiapkan tenaga kerja, namun juga menyiapkan tenaga-tenaga yang dapat membuka lapangan kerja. Untuk itu, perguruan tinggi dituntut tidak hanya memberikan explisit knowledge, namun juga dapat mendistribusikan tacit knowledge. Kami harapkan acara ini memberikan nilai positif kepada seluruh peserta, dan ke depannya akan terjadi efek pesan berantai untuk memudahkan penyebaran informasi tentang perkembangan ini,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Gatot juga mengungkapkan bahwa pemuda Indonesia, termasuk mahasiswa, harus memiliki harapan, keyakinan, dan mimpi besar. “Generasi muda, termasuk mahasiswa harus mampu mewujudkan Indonesia menjadi pemenang ditengah persaingan global seperti sekarang. Saya titipkan bangsa dan negara ini kepada Anda semua,” katanya memprovokasi.
Sementara itu, Prita memaparkan bahwa saat ini era di mana social media sangat memiliki kekuatan. Salah satunya, the power of Youtube. Sebagai salah satu juri di kontes Abang-None Jakarta, ia bercerita bagaimana seorang calon Abang Jakarta memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang sangat bagus hanya karena ia belajar dari YouTube.
“Meski demikian, belajar dari YouTube saja tidaklah cukup. Mereka tetap membutuhkan institusi formal berupa sekolah yang mampu menawarkan kualitas belajar-mengajar yang terbaik. Dengan demikian, mereka dapat menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dan mampu berkompetisi hingga ke tingkat global. Oleh karena itu, LSPR memiliki berbagai program untuk memenuhi kebutuhan itu. Di antaranya, seperti program hari ini atau program Student Exchange,” jelas Prita yang menyebutkan bahwa saat ini LSPR mampu menjadi salah satu Perguuran Tinggi terbaik di antara 300 Perguruan Tinggi di Jakarta serta menempati peringkat ke-40 di antara 3.500 universitas yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ronny menyarankan bahwa para pendidik harus mampu mengubah cara berpikir sekaligus beradaptasi dengan perubahan. “Bisnis model telah berubah dari creative economy menjadi sharing economy. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi, termasuk tenaga pengajarnya pun harus berubah. Perguruan Tinggi seperti LSPR harus mampu menyediakan berbagai macam sumber pembelajaran yang terkini. Mengingat, peserta didik yang notabene generasi millennial sangat akrab dengan teknologi komunikasi,” ucapnya.