Bagi masyarakat Indonesia, berlibur dengan kapal pesiar atau cruising sebelumnya dipersepsikan sebagai hal yang mewah sehingga tidak banyak masyarakat Indonesia yang menjadikannya sebagai sarana transportasi ketika berlibur. Namun, menurut Cruise Lines International Association (CLIA), dalam tiga tahun terakhir konsumen cruise asal Indonesia meningkat hingga 7.7% tiap tahunnya. Tahun lalu saja, ada 18.000 konsumen cruise dari Indonesia. Angka tersebut diperkirakan masih terus tumbuh seiring dengan berkembangnya new middle class.
Menariknya pasar Indonesia ini mendorong Princess Cruise – brand kapal pesiar multinasional – untuk memperkuat eksistensinya di Indonesia. Di antara upaya tersebut misalnya saja dengan membuka kantor di Jakarta, memperluas portofolio penawaran, dan mengadakan diskusi media pada Selasa (25/8) lalu.
“Indonesia merupakan pasar penting dalam rencana ekspansi kami di Asia Tenggara, dan kami melihat terdapat minat yang stabil dari kelas menengah yang terus meningkat hingga pelancong multi generasi dan generasi millenial,” ungkap Farriek Tawfik, Direktur Princess Cruises untuk Asia Tenggara.
Dalam upaya ekspansi ke Indonesia, menurut Farriek ada banyak tantangan yang dihadapinya, seperti awareness yang masih rendah, persepsi yang salah tentang biaya cruising yang terlampau mahal, kompetisi dari jalur transportasi lain misalnya saja semakin banyaknya penerbangan biaya murah (Low Cost Carrier) dan insfrastruktur pelabuhan yang belum memadai.
Oleh karena itu, langkah pemasaran yang ditempuh adalah dengan mengedukasi para agen perjalanan. “Kami edukasi mereka sebagai channel untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa cruising is value for money, sebanding dengan harga yang dibayar. Daripada mereka harus menyeret koper dari satu destinasi ke destinasi lain. MIsalnya dengan uang 5 - 7 juta, konsumen bisa berlibur di SIngapore - Phuket - Langkawi - Singapore,” tambahnya.
Edukasi tersebut dikemas dalam bentuk Princess Academy, program pelatihan berbasis internet dan disediakan berdasarkan permintaan. Dengan mengikuti pelatihan tersebut, agen perjalanan akan dibekali keahlian di bidang penjualan program kapal pesiar termasuk armada dan tujuan destinasi dari Princess Cruises. Hingga saat ini, 30 agen perjalanan di Indonesia sudah mengikuti pelatihan Princess Academy.
Selain itu, Princess Cruises juga turut berpartisipasi dalam ajang pameran wisata di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Menangkapi situasi ekonomi Indonesia yang tengah melesu, Farriek yakin ini tidak akan berlangsung lama dan optimis brand cruise miliknya akan sukses di Pasar Indonesia. "Menurut saya situasi sulit ini paling lama 3 tahun. Dan inilah saat yang tepat untuk awareness lewat media, supaya ketika ekonomi bounceback, brand kami ada di top of mind konsumen," tutupnya.