MIX.co.id - Program inkubasi intensif Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 3 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI telah memasuki tahap akhir. Hari ini (17/12), memasuki tahap akhir, Kominfo menggelar “Milestone Day”. Di program ini, setiap startup diberikan kesempatan untuk mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program, di hadapan para stakeholder, seperti lembaga pemerintah dan venture capital.
Sebelumnya, para startup telah melalui proses seleksi dan kurasi yang ketat sejak September 2021. Setelah terpilih, setiap startup akan melalui sesi diagnosis untuk memetakan pain point perusahaan masing-masing. Data yang didapat akan menjadi landasan untuk pembuatan kurikulum dan pemilihan coach yang sesuai.
Setelah itu, para founders akan mengikuti Founder’s Camp, yaitu sesi brainstorming dengan para pendiri startup Indonesia yang telah sukses membesarkan usaha rintisannya ke level yang lebih tinggi. Pada sesi inti ini, para startup menggali ilmu sebanyak-banyaknya terkait cara mencapai product-market fit, atau memformulasikan produk digital yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Selanjutnya, 15 startup startup yang terpilih juga mendapatkan sesi privat 1-on-1 Coaching selama 12 minggu dengan para mentor, agar bisa berkonsultasi dan mempelajari pemaparan materi sebelum Milestone Day tiba.
Melalui tahap seleksi yang ketat, terdapat 15 startup early-stage yang terpilih mengikuti serangkaian program inkubasi Startup Studio Indonesia batch 3. Ke-15 startup adalah AturKuliner, AyoBlajar, Bicarakan, Bolu, Eateroo, Finku, FishLog, Gajiku, Imajin, Keyta, KreatifHub, Powerbrain, Sgara, Soul Parking, dan Zi.Care.
“Pada penyelenggaraan Startup Studio Indonesia Batch 3, fokus kami lebih tajam untuk membantu startup mencari product-market fit (PMF). Tahap ini sangat krusial, karena salah satu alasan utama startup gagal berkembang adalah karena gagal mengembangkan produk yang dibutuhkan pasar. Untuk mencapai PMF, kami percaya bahwa metode pelatihan paling efektif adalah dengan sesi brainstorming intensif untuk mengupas seluk beluk setiap proses perancangan produk. Di sinilah kami mendatangkan bantuan 60 fasilitator ahli yang melakukan coaching kepada para founder dan membantu membuka berbagai kesempatan dan ide terobosan,” papar Sonny Hendra Sudaryana, Koordinator Startup Digital.
Ditambahkan Adrian Gilrandy, Co-Founder Praktis, hal yang paling berbeda dari Startup Studio Indonesia adalah kurikulumnya yang dirancang sangat akurat, dengan terlebih dahulu memetakan tantangan yang paling umum dihadapi founder. “Kami merasa beruntung bisa mengikuti program ini, terutama karena bisa mengakses jaringan network yang luas, serta mendapatkan pelatihan langsung dari para praktisi startup yang telah sukses sebelumnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, banyak startup tahap awal yang melangkahi tahap paling penting sebelum bertemu dengan VC (Venture Capital) untuk pendanaan. Tahap paling penting ini adalah pematangan produk agar siap untuk pasar. “Di Startup Studio Indonesia, kami dituntut untuk implementasi dan melakukan refinement produk yang matang dulu setelah program selesai. Dengan demikian, kami benar-benar siap membawanya ke tahap selanjutnya,” urai Adrian.
Sejak batch pertama diluncurkan pada tahun 2020, antusiasme terhadap program Startup Studio Indonesia terus meningkat. Jumlah pendaftar di Batch 3 meningkat hingga lebih dari lima kali lipat dibandingkan batch sebelumnya. Tidak hanya dari segi kuantitas, penyelenggara Startup Studio Indonesia juga melihat peningkatan dari segi kualitas dan diversifikasi industri startup, di mana peserta kini bergerak di isu-isu yang penting di masyarakat, seperti edukasi, kesehatan mental, perikanan, dan Internet of Things (IoT).
Justika, salah satu alumni Startup Studio Indonesia Batch 1, juga telah mengalami pertumbuhan pesat sejak mengikuti program inkubasi ini. “Dari sesi coaching yang didapat dari program Startup Studio Indonesia, kami mengambil poin-poin temuan dan pembelajaran penting untuk diimplementasikan langsung dalam operasional startup. Berkat arahan dari coach seperti Fajar Budiprasetyo (Happy Fresh), Tabah Yudhananto (Blibli), Danu Wicaksana (Good Doctor), serta Christopher Madiam (Sociolla), kami juga menjadi lebih percaya diri dalam memformulasikan produk dan strategi growth-hacking,” ungkap Melvin Sumapung CEO & Co-Founder Justika.
Sejatinya, Startup Studio Indonesia hadir untuk memperkuat dan melengkapi program pemberdayaan startup digital Gerakan 1.000 Startup Digital dan Hub.id yang telah lebih dulu diluncurkan oleh Kominfo. Melalui program ini, Kominfo menargetkan untuk mencetak 150 startup digital pada 2024 yang mampu mengembangkan skala bisnisnya, dari segi jumlah pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pendanaan dari venture capital.
“Tentunya, di Batch 4 mendatang, kami menargetkan peserta yang lebih banyak dari berbagai daerah dan sektor, karena startup inovatif dan berpotensi semakin banyak bermunculan di Indonesia. Jadi, bagi para founder early-stage startup yang berminat, sudah bisa mencari tahu lebih banyak tentang startup Studio Indonesia dan mempersiapkan timnya dari sekarang,” pungkas Sonny.