Plan International Indonesia, organisasi non profit yang peduli terhadap pemenuhan hak-hak anak dan kesetaraan anak perempuan, September ini menggelar program bertajuk "Yes I Do". Program edukasi yang digelar besama Rutgers WPF Indonesia dan Aliansi Remaja Independen tersebut memiliki objektif untuk mendukung anak perempuan agar mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, pemberdayaan ekonomi, dan partisipasi anak muda yang bermakna.
Digelarnya program tersebut berangkat dari fakta bahwa angka perkawinan usia anak di Indonesia masih tinggi. Indonesia merupakan negara dengan angka perkawinan anak tertinggi ketujuh di dunia. Merujuk laporan UNICEF dan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat sekitar 1.000 anak perempuan Indonesia menikah setiap hari. Ada sejumlah penyebab yang mendorong terjadinya perkawinan anak di Indonesia seperti pendidikan, budaya, dan status ekonomi.
"Di tahun 2009, Plan International Indonesia menginisiasi pembentukan KPAD (Komite Perlindungan Anak Desa) di 31 desa dan kini telah berkembang di lebih dari 900 desa di Indonesia, karena perkawinan anak merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak. KPAD merupakan kelompok kerja kolaborasi antar berbagai unsur masyarakat dan pemerintah dalam melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan,” terang Amrullah selaku Child Marriage Program Manager Plan International Indonesia.
Oleh karena itu, ditegaskannya, menjelang Hari Anak Perempuan International yang jatuh pada 11 Oktober mendatang, Plan International Indonesia ingin mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam mencegah praktik perkawinan anak di Indonesia.
"Sebagai organisasi yang berkomitmen untuk memastikan anak perempuan dapat belajar, memimpin, memutuskan, dan berkembang dengan baik, kami ingin anak Indonesia menjadi generasi yang produktif dengan mengenyam pendidikan setinggi mungkin, sehingga mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak,” ia menutup.