Sejak pandemi pada Maret 2020 lalu, JEC Eye Hospitals & Clinics telah menggelar berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR). Antara lain, menggelar operasi katarak gratis bagi masyarakat tak mampu. Program rutin ini, kembali digelar JEC pada 21 Februari 2021 lalu, khususnya untuk masyarakat tidak mampu di Sulawesi Selatan.
Tak hanya itu, JEC juga turut mendukung program pemerintah dalam menanggulangi pandemi. Di antaranya dengan donasi masker di berbagai fasilitas kesehatan di area-area yang ada cabang JEC-nya. Saat ini, JEC telah memiliki 12 cabang di Jabodetabek, pulau Jawa, dan Sulawesi. Bahkan, JEC juga menjadi salah satu fasilitas kesehatan untuk pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 yang digelar pemerintah.
Masih dengan komitmennya dalam memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat, hari ini (23/2) secara virtual, JEC memperkenalkan layanan terbarunya, Myopia Control Care. Layanan ini dihadirkan karena prevalensi miopia (rabun jauh atau mata minus) terus meningkat. Pandemi Covid-19 telah berpengaruh pada penambahan kasus miopia.
Myopia Control Care menghadirkan penanganan mata minus secara menyeluruh berdasarkan tingkatan kebutuhan pasien. Dengan layanan ini, JEC menjadi institusi kesehatan mata pertama di Indonesia yang memiliki sentra khusus miopia. Myopia Control Care telah beroperasi mulai 1 Februari 2021, bertepatan dengan hari jadi JEC ke-37.
“Layanan ini telah tersedia perdana di Rumah Sakit Mata JEC Kedoya. Layanan terbaru JEC ini menawarkan pilihan tindakan perawatan dan penanganan miopia yang ekstensif, mulai dari terapi hingga tindakan koreksi berbasis laser (lasik),” papar Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), Ketua Layanan JEC Myopia Control Care.
Lebih jauh ia menerangkan, menurut WHO, sekitar 40% dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, akan mencapai lebih dari setengah populasi dunia (4,8 miliar orang) pada 2050.
Terlebih pada situasi pandemi Covid-19, yang turut berandil meningkatkan kasus miopia, termasuk pada anak-anak. Studi di China baru-baru ini memperlihatkan bahwa selama 2020, anak usia 6-8 ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lebih sedikit waktu di luar ruangan dan lebih banyak waktu menatap layar menjadi pemicu.
“Di samping genetik, faktor risiko miopia lainnya adalah gaya hidup. Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat. Aktivitas di luar ruangan jauh berkurang, sementara kelekatan terhadap gawai berlayar semakin tinggi. Anak-anak belajar jarak jauh secara daring, sedangkan kelompok dewasa juga bertumpu pada gadget untuk bekerja dan bersosialisasi. Artinya, semua kalangan usia semakin berpotensi terserang miopia,” ucap Dr. Gusti.
Oleh karena itu, lanjutnya, JEC melalui Myopia Control Care memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan penanganan miopia secara menyeluruh. “Dengan demikian, mereka bisa memperoleh perawatan yang tepat berdasarkan kondisi miopia yang diderita, serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujarnya.
Ditambahkan Dr. Damara Andalia, SpM, Wakil Ketua JEC Myopia Control Care, Myopia Control Care mengedepankan integrasi antar sub-spesialis mata di JEC. Artinya, pemeriksaan dan penanganan terhadap pasien, baik yang sudah menderita miopia ataupun berpotensi mata minus, meliputi seluruh aspek mata.
“Dari sisi teknologi, layanan ini juga diperkuat alat diagnostik termutakhir, Pentacam® AXL, yang mampu mengukur seluruh data organ mata, seperti panjang bola mata, keadaan kornea, dan ketebalan lensa. Dengan gabungan expertise dan teknologi JEC, melalui layanan Myopia Control Care, pasien akan mendapatkan pilihan dan rekomendasi tindakan lanjutan yang cermat guna mencegah progresivitas miopia mereka,” tutup Dr. Damara.
