Kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan pentingnya Public Relations (PR) sebagai bagian dari strategi membangun brand membuat industri agensi PR di Tanah Air makin menggeliat. Hal itu ditandai dengan massif-nya sejumlah agensi PR global yang merangsek pasar Indonesia. Sebut saja, Edelman, Burson-Marsteller, Fleishman Hillard, Ogilvy, hingga Weber Shandwick, yang telah lebih dulu masuk ke Indonesia dengan sederet klien yang telah mereka tangani. Belum lagi, agensi PR lokal yang juga terlihat gencar merangsek pasar, seperti Fortune PR dan Imogen.
Fakta lainnya yang membuat Indonesia menjadi pasar yang sangat menggiurkan untuk dicicipi adalah prediksi tentang ekonominya. Prediksi PricewaterhouseCoopers menyebutkan bahwa Indonesia akan mewakili ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2030 mendatang, dengan perkiraan angka $ 5.424 triliun.
Seksinya bisnis agensi PR di Indonesia juga dilirik oleh The Hoffman Agency. Agensi PR global yang berkantor pusat di Silicon Valley-Amerika dan telah memiliki kantor di Singapura, HongKong, Shanghai, Beijing, Seoul, dan Tokyo. Oleh karena itu, tepat pada hari ini (6/11), The Hoffman Agency membuka kantornya di Jakarta. “Dengan dibukanya kantor Hoffman Agensi Indonesia, maka ini menjadi kantor yang ke-7 di Asia dan ke-10 di global,” kata Lou Hoffman, CEO The Hoffman Agency.
Lou Hoffman, CEO The Hoffman Agency
Sebagai pendatang baru, tentu saja Hoffman Agensi Indonesia dituntut untuk memiliki added value sekaligus diferensiasi agar dapat dipercaya klien untuk menangani strategi PR dari brand mereka. Dipaparkan Hoffman, sejak awal The Hoffman Agency memposisikan diri sebagai Tech PR Agency yang fokus menyasar industri teknologi.
“Yang membuat kami berbeda dengan yang lainnya adalah Hoffman menggunakan metodologi storytelling. Kami percaya, dengan metodologi storytelling yang berbasis sentuhan lokal, jurnalis akan tertarik untuk menulis. Kami juga percaya, the best storytelling di dunia adalah jurnalis. Sejauh ini, metodologi storytelling terhitung efektif untuk kinerja brand klien-klien kami di global,” ungkap Hoffman.
Caroline Hsu, managing director, Asia Pacific di The Hoffman Agency
Ditambahkan Caroline Hsu, Managing Director Asia Pacific The Hoffman Agency, sebenarnya, Hoffman bukan pendatang baru di Indonesia. Sebelumnya, Hoffman telah menangani klien-klien di Tanah Air selama enam tahun terakhir. Mulai dari membangun brand awareness untuk Avast Indonesia, meningkatkan agenda kegiatan green building di Indonesia dengan Build Eco Expo, hingga membantu berbagai perusahaan untuk memahami seluk-beluk sertifikasi produk dengan TUV SUD Indonesia.
“Kami menangani klien-klien di Indonesia sebelumnya, dengan bekerja sama dengan Qycomms yang berbasis di Jakarta. Oleh karena itu, Cici Utari selaku Direktur Qycomms, kini telah menjadi bagian dari tim pendiri Hoffman Agensi Indonesia,” tandas Caroline, yang sebelumnya berkarir di Google selama tujuh tahun.
Kendati The Hoffman Agency mengaku belum menetapkan target revenue di Indonesia hingga 2018 mendatang, namun Hoffman menandaskan bahwa Hoffman Agensi Indonesia akan memberikan yang terbaik untuk para kliennya. Di tingkat global sendiri, The Hoffman Agency telah menghasilkan rekor pendapatan global di tahun 2016, yakni mencapai US$ 11,3 juta. Pada tahun 2017, diperkirakan akan mencapai rekor dengan pertumbuhan lebih dari 20%.