MIX.co.id - Program "Literasi Digital Inklusi Disabilitas" baru saja digelar di Makassar. Program ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023. Program dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari orang tua atau keluarga dan siswa-siswi SLB Negeri 1 Makassar.
Objektif dari program ini adalah untuk melatih para disabilitas, keluarga, dan pendamping menjadi cakap digital; memfasilitasi para disabilitas dan sistem pendukung untuk menjangkau layanan publik yang tersedia secara digital; membantu disabilitas dan sistem pendukungnya mengakses teknologi melalui perangkat yang dimiliki; memperoleh rekomendasi untuk pengembangan program cakap digital yang ramah disabilitas; dan mewujudkan empat pilar literasi digital yang mencakup etika digital, budaya digital, keterampilan digital, dan keamanan digital.
Program literasi digital ini dihadirkan untuk menyikapi perkembangan teknologi digital yang tak luput dengan kehadiran kejahatan digital di dalamnya. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi anak-anak, khususnya disabilitas intelektual. Oleh karena itu, diperlukan peran penting dari orang tua dalam mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka dalam mengeksplor dunia digital.
Dituturkan Kepala Sekolah SLB 1 Negeri Makassar Andi Hamjan pada acara Literasi Digital Inklusi untuk Disabilitas di Aula SLB Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan, awal Agustus ini, “Tugas kita sebagai orang tua dan caregiver di sini tidak hanya mengenalkan ruang digital kepada anak kita, tetapi juga bisa mengeluarkan ide-ide kreatif lewat teknologi agar mereka bisa menggunakan teknologi digital dengan positif dan dapat terhindar dari kejahatan digital."
Andi menjelaskan bahwa tanpa pendampingan yang ketat dari orang tua tentang bagaimana mengakses informasi yang ada di ruang digital, anak-anak disabilitas tidak akan mengerti sisi positif dan negatif dari teknologi digital.
Pada kesempatan yang sama, Rizky Ardi Nugroho, Co-Founder Paebrik Soeara Rakjat, memaparkan tentang “Literasi Digital yang Inklusif dan Ramah Disabilitas”. Dia menegaskan bahwa orang tua harus mengantisipasi tindak kejahatan digital yang berpotensi menyerang anak-anak disabilitas dalam penggunaan teknologi digital.
Untuk bisa meningkatkan keamanan digital tersebut, Rizky menyarankan kepada para orang tua dari anak-anak disabilitas untuk bisa mengamankan perangkat dan identitas digital, mewaspadai modus penipuan digital, dan memahami rekam jejak digital mereka.
Ananda Zhafira, Psikolog dari Bermakna Psychological Center, menerangkan, ada beberapa hal yang menjadi resiko bagi anak-anak disabilitas saat berada di ruang digital. Ia mengatakan bahwa orang tua harus meningkatkan kesadaran diri maupun anaknya untuk bisa menghindari risiko dari dampak negatif dalam privasi data pribadi di dunia digital.
“Jadi, ajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga keamanan dan privasi digital. Kita juga bisa mengawasi secara terus-menerus dan mendampingi anak saat sedang menggunakan teknologi digital,” tutupnya.