UMKM (Usaha Makro Kecil Menengah) di Tanah Air merupakan segmen yang sangat menjanjikan. Terbukti, data tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah UMKM mencapai 99,99% dari total pelaku usaha nasional. Dengang angka itu, UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,99%, menyumbang PDB (Pendapatan Domestik Bruto) 60,34%, dan memberikan kontribusi terhadap investasi sebesar 63,42%.
Sayangnya, segmen UMKM yang begitu besar masih menghadapi sejumlah kendala. Ada empat kendala yang senantiasa dihadapi para pelaku bisnis di segmen UMKM. Keempat kendala itu adalah rendahnya akses pendanaan, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), rendahnya kualitas produk, dan rendahnya akses pasar.
Bicara soal rendahnya akses pendanaan, data Bank Indonesia menunjukkan bahwa hingga 31 Desember 2014, posisi outstanding (penyaluran) kredit UMKM hanya mencapai Rp 707 triliun atau hanya terserap 18,7%. Padahal, total outstanding kredit mencapai Rp 3.779 triliun. "Salah satu penyebab rendahnya kredit perbankan kepada UMKM adalah terjadinya informasi asimetris antara perbankan dan UMKM," ungkap Ketua Umum ASIPPINDO (Asuransi Perusahaan Penjaminan Indonesia) Diding S. Anwar, yang juga menjabat sebagai Dirut Perum Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia).
Untuk menjawab kendala tersebut dihadirkanlah Penjaminan sebagai solusinya. Penjaminan diharapkan dapat menjadi jembatan bagi UMKM yang memiliki usaha feasible--namun belum layak memperoleh pendanaan karena kurang dipenuhinya syarat kredit--menjadi bankable atau layak dapat pinjaman dari bank.
Oleh karena itu, penting bagi Asippindo untuk rutin melakukan edukasi ke seluruh stakeholders tentang akses pendanaan maupun perbankan bagi UMKM. Antara lain, edukasi lewat sebuah buku berjudul “Industri Penjaminan: Menatap Indonsia Gemilang”. Buku tersebut merupakan buah pikir dari Diding S. Anwar bersama Kepala LM-FEB UI Toto Pranoto.
Rencananya, buku itu akan diluncurkan di sela-sela perhelatan “The 28th Asian Credit Supplementation Confederation” ACSIC serta Seminar Internasional Penjaminan (International Guarantee Seminar/IGS) yang akan berlangsung di Nusa Dua Bali, pada 16-19 November. Pada perhelatan itu, dihadirkan pula pameran UMKM yang akan dibuka oleh Menterti Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga. "Do sana akan hadir 16 anggota dari 11 negara ACSIC serta mitra dari Asippindo seperti perbankan, non perbankanm OJK, Kementerian, BPK, kedutaan besar dan konsulat asing di Indonesia," tuturnya.
Buku tersebut juga siap dibagikan kepada seluruh peserta konferensi dan seminar, yang jumlahnya tak kurang dari 500 peserta. “Assipindo berharap, para peserta bisa memperoleh wawasan tentang fungsi penting industri penjaminan dalam perannya membangun UMKM dan Koperasi,” lanjutnya.
Sebelum peluncuran di Bali, hari ini (9/11) terlebih dahulu digelar diskusi dan bedah buku dengan menghadirkan berbagai pakar. Sebut saja, Firdaus Djaelani selaku Anggota Dewan Komisioner OJK, Arief Budimanta, dan para stakeholder industri penjaminan lainnya. Harapannya, buku tersebut dapat menjadi handbook bagi para pelaku industri penjaminan di Tanah Air, guna mendukung segmen UMKM.