MIX.co.id - Memposisikan diri sebagai perusahaan konsultan machine learning, hari ini (26/1), Valiance resmi hadir di Indonesia. Mencoba tampil beda, Valiance menawarkan berbagai solusi di sejumlah bidang dengan berbasis riset yang mendalam.
Sebelumnya, Valiance merupakan divisi konsultan dari Pacmann, sebuah akademi yang secara aktif menyebarluaskan pengetahuan mengenai industri data melalui program non-degree (tanpa gelar) untuk mereka yang ingin berkarir sebagai Data Scientist dan Business Intelligence/Data Analyst. Materi program yang diajarkan setara dengan kurikulum S-1 dan S-2 Statistics dan Machine Learning.
Diungkapkan Adityo Sanjaya, CEO dan Co-Founder Valiance, solusi berbasis Machine Learning yang dikerjakan Valiance bersifat menyeluruh (end-to-end). “Proses bisnis solusi tersebut mencakup analisis ketimpangan (gap analysis), akuisisi dan konstruksi data (data acquisition and construction), pengembangan model (model development), implementasi infrastruktur Machine Learning (ML infrastructure implementation), hingga evaluasi dampak solusi terhadap bisnis,” ucapnya.
Lebih jauh ia menegaskan, dalam merancang solusi bisnis, Valiance terbiasa merujuk pada research paper tentang machine learning. “Kami pun selalu melibatkan subject matter expert di bidang industri terkait di dalam proses bisnis yang kami lalui," ujar pria yang akrab disapa Adit ini.
Valiance juga senantiasa menginformasikan klien tentang tingkat kerumitan selama proses perumusan masalah dan pembuatan solusi bisnis, serta dependensi infrastruktur dan ekosistem terkait di dalamnya. Menurut pria yang telah menggeluti machine learning lebih dari tujuh tahun tersebut, Valiance menjalani proses ketat dan mendetail untuk menilai kebutuhan klien atas solusi machine learning, dan mengomunikasikan hasilnya supaya klien dapat mengambil keputusan secara tepat.
Riyad Rivandi, CTO dan Co-Founder Valiance, mengimbuhkan, pengerjaan solusi bisnis di Valiance berlangsung secara efisien berkat penggunaan internal tools yang mereka kembangan untuk proses automatic machine learning (AutoML). "Selain itu, kami berpengalaman membangun infrastruktur Machine Learning Ops (MLOps), baik cloud maupun on-premise sesuai dengan kondisi perusahaan," katanya.
Solusi berbasis machine learning dari Valiance juga mampu menyelesaikan permasalah bisnis klien, baik dalam hal efisiensi waktu untuk tugas-tugas repetitif, menekan potensi kerugian biaya, maupun memprediksi risiko potensial. "Kami membuktikan hal ini dengan melakukan evaluasi performa solusi yang kami bangun terhadap hasil analisis ketimpangan yang telah dilakukan," tandas Riyad.
Dia mencontohkan, sebuah solusi Machine Learning untuk credit scoring yang pernah dibangun mampu memprediksi 50% Non Performing Loan (NPL) pada suatu lembaga keuangan mikro, yang nilainya setara dengan potensi kerugian Rp 100 miliar. Selanjutnya, solusi digunakan untuk mendeteksi risiko kredit pemohon dan merekomendasikan analis untuk menolak permohonan dengan potensi gagal bayar tinggi. “Namun, performa solusi tetap harus dievaluasi secara berkala untuk menghindari rekomendasi yang buruk akibat pergeseran tren pemohon (data drift),” Riyad mengingatkan.
Selain credit scoring, solusi-solusi berbasis machine learning yang telah dikerjakan Valiance adalah anomaly detection, fraud detection, route optimization, computer vision, natural language processing, dan supply chain optimization.
Sampai saat ini, Valiance telah mengerjakan solusi machine learning di industri keuangan dan perbankan, logistik dan distribusi, media, ritel, pariwisata, agrikultur, dan otomotif. Latar belakang klien yang telah bekerja sama dengan Valiance adalah perusahaan swasta, badan usaha milik negara, dan kementerian/lembaga pemerintah.
Sementara itu, ditambahkan Anthony Amni, Head of Mid-Market & Enterprise Greenfi, AWS Indonesia, "Penerapan data analytics dan machine learning itu biasanya ada di startup, karena mereka early adopters. Namun sekarang, perusahaan non-digital pun sudah banyak mengadopsi fondasi data analytics dan machine learning,” ujarnya.
Cloud computing seperti AWS misalnya, lanjut Anthony, telah berhasil mendemokratisasi adopsi data analytics dan machine learning selama beberapa tahun terakhir. Dari sisi biaya dan kepraktisan, cloud computing membuat proses adopsi ini menjadi lebih murah dan mudah.