Pengembangan sumber daya alternatif menjadi fokus IPB University. Gagasan alternatif akan disampaikan tiga besar IPB dalam Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor Sabtu (7/7). Prof Uju sebagai salah satu guru besar mempresentasikan sumber daya alternative rumput laut sebagai bahan baku etanol.
Saat ini yang berkembang adalah etanol diproduksi dari sumber bahan pangan seperti jagung. Walaupun proses produksi bioetanol dari sumber bahan pangan lebih sederhana, tetapi ketersediaannya tidak akan mencukupi untuk produksi bahan bakar alternatif.
Rumput laut beserta limbahnya menjadi berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber bahan produksi bioetanol. “Dibandingkan dengan sumber bahan dari tanaman darat, proses produksinya lebih murah karena input energi pada proses pre-treatment lebih rendah,” kata Dosen IPB University dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) itu.
Sementara itu, pati dan tepung berpotensi menjadi bahan baku pengembangan kemasan ramah lingkungan. Pencampuran pati dengan plastik sintetik mampu meningkatkan biodegradabilitasnya plastik film tanpa kehilangan kekuatan fisik dan mekaniknya. Biofoam dari pati dan serat hasil samping industri menjadi substitusi styrofoam dalam industri kemasan.
Penggunaan serat alami dari hasil samping industri sebagai fiber reinforcement mampu memperbaiki kinerja bioplastik yang dihasilkan, dan dapat diaplikasi sebagai kemasan ramah lingkungan.
Selain sebagai bahan baku kemasan, pati dan tepung juga sebagai pangan sumbef karbohidrat, Persoalannya, dalam proses pengolahannya, terdapat beberapa kelemahan seperti rendemen yang rendah, dan keamanan pangan seperti tingginya kandungan tanin, sianida dan afla toksin.
Ini yang menyebabkan menurunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi tepung dan pati tersebut.
“Penerapan rekayasa bioproses melalui penggunaan mikrob dan enzim dapat memperbaiki kinerja proses pengolahan (rendemen) dan meningkatkan kualitas (kehalusan dan dayacerna) tepung jagung dan tepung sorgum yang dihasilkan,” kata Prof.Dr.Ir. Titi Candra Sunarti, MSi
Penggunaan starter bakteri asam laktat akan menurunkan waktu proses dari 50 hari menjadi 15 hari, meningkatkan keamanan pangan karena menekan pertumbuhan bakteri patogen E.coli serta mengurangi penggunaan bahan kimia pengembang dalam pembuatan roti. Penggunaan bakteri asam laktat dalam pembuatan tapioka asam ini telah mendapatkan penghargaan 107 Inovasi Indonesia tahun 2015.
Selain Prof Uju dan Prof Titi, yang akan menyampaikan orasi ilmiah pada sidang terbuka tersebut Prof. Dr. Ir. Rd. Roro Dyah Perwitasari, M.Sc. Guru Besar Tetap Fakultas Matematika Dan IPA akan menyampaikan orasi ilmiah dengan judul
“Menerjemahkan Kajian Ilmiah Ke Dalam Aksi Konservasi: Pelajaran Dari Studi Satwa Primata Indonesia”