Sekali Lagi, Yang Penting Dibicarakan Orang

 

Pernah lihat billboard atau iklan dengan huruf besar? Atau kata yang salah tulis seperti world-class ditulis word-class, seafood ditulis seefood atau Asian Games ditulis Asean Games? Mungkin Anda tidak melihatnya secara langsung, tapi Anda melihatnya melalui socmed, atau broadcast di WAGroup atau media lainnya.

Saya akui, narasi olokan selalu menarik walaupun kadang membuat saya marah atau kesal. Tapi, narasi yang paling gampang membuat orang tergoda untuk menshare ya itu tadi yang mengolok-olok orang. Hampir setiap hari saya menerima "kiriman" narasi olokan.

Situasi orang gampang menshare olokan sekan mengisyaratkan adanya peluang bagi seseorang untuk membuat narasi olokan. Kalau tidak mengolok-olok orang lain ya mengolok-olok diri sendiri atau membuat saya sendiri menjadi bodoh atau memperbodoh diri sendiri.

Saat awal menjadi wartawan, bos besar saya pernah bilang, "Kadang-kadang kita perlu membuat kesalahan. Tapi kedalahan yang tidak mrmbuat orang lain sakit atau menderita. Tak apa orang lain mengatakan kita bodoh. Tapi dengan mengolok-olok kita, secara tak langsung nereka memoerhatikan kita. Mendengar atau melihat karya kita."

Saya tidak tahu apakah pernyataan itu sebagai ungkapan pembelaan diri, mengingat media itu memang sering bikin judul atau narasi yang keliru atau bicara apa adanya. Tapi saat itu, saya mengakui ada benarnya juga pernyataan itu.

Jaman itu, belum ada teknologi aplikasi WA, email, apalagi smartphone. Dulu olok-olok menyebar dari mulut ke mulut lewat bisik-bisik. Kini semua tools untuk publisitas seakan tersedia sehingga olok-olok pun bersaing dengan olok-olok lain untuk mendapatkan perhatian orang atau dibicarakan orang.

Ketika Richard Branson meluncurkan Virgin Cola di Amerika Serikat, dia mengendarai sebuah tank peninggalan Perang Dunia Kedua melintasi Times Square di New York . Saat dia meluncurkan Virgin Brides – layanan pernikahan, dia mengenakan gaun pengantin sutra putih seharga $ 10.000. Di Australia dia terbang ke konferensi pers dan bergantung di helikopter. Dia berjanji menyelamatkan Australia dari para kontraktor mobile yang banyak meraup uang masyarakat.

Nyeleneh memang. Tetapi, dia bukan satu-satunya orang yang sering nyeleneh. Awal tahun 2006, ada sebuah kolom di surat kabar London yang diiklankan. Tahun 2011 lalu, perusahaan pakaian Italia Benetton mencabut iklan yang menunjukkan pemimpin gereja berciuman dengan seorang imam senior mesjid di Mesir setelah Vatikan mengajukan protes keras.

Tak harus yang kontroversial. Tak perlu membuat iklan misalnya dengan bintang film cantik atau yang mungkin orang harus mengeluarkan biaya mahal. Promosi yang biasapun kalau dikemas dengan cara yang luar biasa bisa menjadi menembus batasan-batasan biaya dan menghasilkan cost per contact atau biaya per seribu audiens yang tinggi.

Pada 2009 silam, saat pertama kali memperkenalkan Holycow!, Afit Dwi Purwanto – sang owner -- tidak memanfaatkan media mainstream sebagai channel komunikasinya. Tahun 2009 merupakan masa di mana segmen menengah – yang menjadi target market Holycow! -- sedang hijrah dari facebook ke twitter.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)