Industri pendidikan di Tanah Air tidak hanya diramaikan oleh segmen kampus. Namun, segmen anak usia dini juga tampak marak meramaikan sektor pendidikan. Hal itu tentu saja seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan sejak dini.
Open House Sekolah Aluna bertajuk "Kiat Jitu Menemukan Potensi Anak Sejak Dini"
Adalah Pendidikan Anak Usianya Dini (PAUD) menjadi salah satu format sekolah yang kini tengah popular di masyarakat. Aluna, PAUD yang didirikan Yayasan Aluna Harapan Bangsa pada tahun 2013 di daerah Kebagusan-Jakarta Selatan, menjadi saah satu pemainnya. Sebelumnya, Yayasan tersebut juga sudah memiliki Rumah Belajar Click yang menyediakan terapi mendengar untuk anak dengan gangguan pendengaran; pelatihan baca tulis hitung (Calistung) yang berbasis metode Montessori; dan tempat penitipan anak Matahariku.
Diungkapkan Rina Jayani, Pendiri Yayasan Aluna Harapan Bangsa sekaligus Kepala Sekolah Aluna, “Aluna merupakan sekolah PAUD dengan metode inklusi, yaitu pola pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak tanpa kebutuhan khusus, guna mengikuti proses belajar-mengajar bersama. Anak berkebutuhan khusus yang difokuskan Aluna adalah tuna rungu.”
Dengan metode inklusi, anak-anak tanpa berkebutuhan khusus yang turut belajar bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus dapat belajar empati, saling berbagi, disiplin, hingga membantu mengajarkan temannya. “Itu sebabnya, pembentukan karakter lewat pelajaran budi pekerti lebih diutamakan di sekolah Aluna,” tambah Rina, yang memiliki putra berkebutuhan khusus, tuna rungu.
Added value sekaligus keuninkan yang ditawarkan sekolah inklusi Aluna adalah metode pengajaran Montessori , yang telah banyak digunakan di berbagai negara di dunia. Ciri dari metode tersebut adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri anak dan pengamatan klinis dari guru yang berfungsi sebagai fasilitator atau pendamping.
Kepala Sekolah Aluna Rina Jayani dan Dewi Hughes, Artis dan Duta PAUDINI
Memiliki enam kelas dengan siswa yang sudah berjumlah 70 orang—yang 20 anak adalah berkebutuhan khusus—Aluna menawarkan biaya sekolah yang cukup terjangkau. “Per bulannya, iurannya hanya Rp 700 ribu. Sedangkan biaya masuknya Rp 3 juta. Namun, mereka yang berasal dari keluarga prasejahtera dapat masuk, dengan biaya yang memang mereka bisa jangkau. Mengapa tetap harus membayar sesuai kemampuan, karena kami ingin mereka tetap bertanggung jawab dan mereka tidak main-main untuk bersekolah. Namun, ada juga yang benar-benar tidak mampu, yang tidak membayar untuk bersekolah di Aluna,” terangnya.
Edukasi tidak hanya dilakukan oleh siswa usia dini oleh Aluna. Namun, orang tua menjadi bagian penting untuk turut membentuk karakter anak. Oleh karena itu, Aluna rutin setiap bulan menggelar program edukasi bagi orang tua siswa, dengan mengundang pra pembicara tamu dari luar. Paling anyar, Aluna menggelar program open house bertajuk “Kiat Jitu Mennemukan Potensi anak Sejak Dini” yang disponsori oleh International Hearing Centre (7/3). Dalam kesempatan itu, Aluna menghadirkan pembicara Dewi Hughes, artis dan aktivis pendidikan yang juga Duta Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud 2011.