Sepanjang semester pertama 2016, Holcim Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan dari penjualan sebesar 11,5% sebesar Rp 4.8 triliun, dan peningkatan laba bruto absolut 10%. Namun, perusahaan mengalami penurunan harga jual rata- rata hingga 17% sebagai dampak dari penurunan harga yang dilakukan oleh pesaing akibat pasokan berlebih. Anjloknya harga ini diperkirakan masih akan terus berlangsung dan berdampak pada tergerusnya marjin.
Semester II 2016, Holcim perkuat penjualan di Aceh dan Sumatra Utara.
Sementara, jangkauan operasional yang kini meluas dengan adanya pabrik semen di Aceh sebagai hasil dari akuisisi pada awal tahun ini, turut berkontribusi menunjang pertumbuhan volume penjualan sebesar 21,1% hingga mencapai 5.2 juta ton jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Faktor biaya operasional secara absolut, termasuk distribusi, penjualan, dan administrasi, mengalami penurunan 1,4% hingga Rp831 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp843 miliar. Sementara biaya-biaya keuangan juga mengalami penurunan sebesar 24,6% atau Rp199 milyar, dibandingkan tahun lalu Rp264 miliar.
Terlepas dari kondisi pasokan berlebih dan melemahnya permintaan pasar, penurunan biaya-biaya ini turut berkontribusi menurunkan tingkat kerugian yang dialami perusahaan pada periode semester pertama tahun ini hingga Rp51,4 milyar jika dibandingkan dengan kerugian pada periode tahun lalu yang mencapai Rp138,1 milyar.
Menurut data, marjin penjualan semen nasional di pasar terbesar di Pulau Jawa susut 1,3% hingga 16,2 juta ton, sementara Sumatera tumbuh 7% hingga 6,2 juta ton. Kalimantan mengalami penyusutan 16% hingga 2 juta ton. Paket kebijakan sebagai stimulus dari pemerintah belum cukup membantu pemulihan permintaan pasar.
Gary Schutz, Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Tbk. menggarisbawahi pentingnya kebijakan untuk membantu menstimulasi sektor bahan bangunan dan konstruksi. “Kami mengapresiasi wacana pemerintah untuk melakukan moratorium terhadap rencana investasi baru disamping deregulasi terhadap persyaratan perijinan bagi pengembang sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang tinggi. Namun begitu, masih dibutuhkan banyak dorongan, khususnya di sisi infrastruktur yang dibutuhkan untuk efektivitas kapasitas sektor semen yang ada.”
Lebih lanjut Gary mengatakan bahwa realisasi berbagai wacana peningkatan infrastruktur dapat memberikan banyak manfaat tidak hanya dari sisi peluang kerja, namun terutama dapat menjadi solusi atas tingginya biaya logistik di Indonesia, dan mendorong produktivitas dengan menurunkan faktor keterlambatan dan antrian pengiriman.
“Saat ini perusahaan tengah melakukan serangkaian program untuk memperkuat penjualan dan mencapai efisiensi biaya untuk melayani pasar yang lebih luas yang kini mencakup Aceh & Sumatra Utara, serta terus berinovasi dan mengembangkan teknologi dalam aplikasi bahan bangunan", tutupnya.