Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa jasa remitansi di Indonesia secara berkelanjutan dan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Penerimaan devisa dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri mencatat pertumbuhan 25,22% di tahun 2018 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang bernilai US$ 10,971 miliar atau setara dengan Rp 153,6 triliun. Dari nilai transaksi yang besar di sektor remitansi, ternyata metode konvensional masih mendominasi.
Hal itulah yang mendorong Zendmoney, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang remitansi berbasis teknologi dan beroperasi di bawah izin Bank Indonesia, untuk serius menggarap pasar remitansi. Salah satu upaya yang dilakukan Zendmoney adalah mengoptimalisasi teknologi dan mengunakan inovasi digital untuk menghasilkan remitansi berbasis teknologi yang cepat, lebih terjangkau, dan aman.
Diungkapkan Bong Defendy, CEO dan Co-Founder Zendmoney, awalnya Zendmoney menyasar segmen individu atau pekerja migran. Namun, segmen pasar yang diincar Zendmoney meluas ke segmen bisnis seperti Usaha Kecil Menengah (UKM) yang melakukan ekspor-impor serta segmen traveler dan student.
"Saat ini, ada lebih dari 100 ribu pengguna aktif Zendmoney, dimana lebih dari 90%-nya adalah segmen pekerja migran. Sementara untuk bisnis, jumlah penggunanya masih kecil, karena mereka adalah perusahaan. Namun, nilai transaksi mereka besar. Selanjutnya, dalam waktu dekat, kami akan menyasar segmen traveler dengan meluncurkan kartu Smart Trip yang bisa digunakan traveler untuk transaksi di luar negeri. Untuk menyasar segmen student, saat ini kami tengah mendesain produknya," papar Bong.
Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa sampai saat ini, Zendmoney telah ada di empat negara, yakni Malaysia, HongKong, Singapura, dan China. Untuk Malaysia dan HongKong, didominasi oleh segmen pekerja migran. Sementara di China, didominasi oleh segmen bisnis yang melakukan ekspor-impor. "Kami juga berencana masuk ke pasar Timur Tengah," target Bong, yang menyebutkan bahwa PMI di dunia saat ini sangat potensial, yakni mencapai 9,2 juta jiwa.
Sementara itu, di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, kebutuhan akan layanan transfer dana yang cepat, lebih terjangkau, dan aman menjadi lebih krusial, terutama bagi para PMI yang sedang berada di luar negeri dan teman-teman UKM. "Sistem Zendmoney bekerja secara realtime dan flat fee," katanya.
Menurut Bong, flat fee merupakan salah satu poin pembeda Zendmoney dengan yang lain. Kebanyakan jasa remitansi konvensional menerapkan tarif transfer dana berdasarkan persentase dari nilai yang dikirim, Zendmoney menerapkan tarif flat fee, karena paham bahwa kebanyakan pengguna merupakan para PMI dan UKM yang mungkin akan terbebani dengan biaya transfer yang berdasarkan persentase nilai dana yang ditransfer.
“Saat ini kami sedang mencoba mengembangkan layanan bagi para teman UKM di Indonesia agar bisa mendapatkan jasa layanan remitansi yang lebih terjangkau dan juga cepat. Dengan demikian, bisa membantu usaha mereka. Kami juga sedang berusaha untuk membuka koridor baru agar bisa membantu teman-teman TKI di negara lain, dan juga mengembangkan model bisnis untuk remitansi outbond,” pungkasnya.