Snapcart baru saja merilis survey online terkait e-wallet selama Hari Belanja Online (Harbolnas) tahun ini, September-Desember 2020, terhadap 1.000 orang di seluruh Indonesia. Hasilnya terungkap bahwa ShopeePay menjadi merek e-wallet yang paling sering digunakan (50%). Selanjutnya disusul oleh Ovo (23%), Gopay (12%), Dana (12%), dan LinkAja (3%).
“Lima brand itu kini paling banyak digunakan konsumen melakukan pembayaran digital. Mereka sangat populer karena rajin melakukan promosi dan menjalin kerja sama dengan berbagai merchant, sehingga sangat dikenal konsumen dan cakupan fitur service-nya banyak,” ungkap Astrid Williandry, Direktur Snapcart Indonesia.
Selanjutnya, pada September 2020 lalu tercatat 68% responden mengaku menggunakan ShopeePay untuk melakukan pembayaran, meningkat menjadi 72% responden menggunakan ShopeePay pada Desember 2020.
Empat brand lain, yakni OVO yang turun dari 56% responden pada September, menjadi 55% pada Desember. Sedangkan Gopay, pada September 56%, turun menjadi Desember 52%. Dana pada September 42%, mengalami penurunan di Desember menjadi 40%. Adapun LinkAja pada September mencapai 19%, naik menjadi 21% di bulan Desember.
Data ini selaras dengan hasil total pangsa pengguna di mana ShopeePay berhasil mencatat 28% responden mengaku menggunakan ShopeePay untuk melakukan pembayaran di bulan September, meningkat pesat menjadi 30% responden menggunakan ShopeePay pada Desember.
Ini menggeser OVO yang stagnan di 23% responden pada September dan Desember, Gopay yang turun (September 23% menjadi Desember 22%), Dana yang stabil di bulan September dan Desember dengan proporsi 17% responden, dan LinkAja yang mengalami kenaikan tipis dari bulan September 8% menjadi 9% pada bulan Desember.
“ShopeePay sangat aktif dalam menawarkan berbagai macam program promo dan diskon, sehingga sangat menarik konsumen terutama bagi para ibu-ibu untuk menggunakannya. ShopeePay juga multifungsi, selain dapat digunakan untuk transaksi online melalui website belanja Shopee yang kini merupakan platform e-commerce terpopuler dan terbesar di Indonesia. ShopeePay juga dapat digunakan untuk pembayaran offline di berbagai gerai. Sehingga sangat disukai konsumen dan paling banyak digunakan,” jelas Astrid
Sementara itu, pada September lalu, 33% omset keseluruhan nilai transaksi penggunaan e-wallet di seluruh Indonesia dikuasai ShopeePay, yang kemudian mengalami pertumbuhan menjadi 36% pada Desember. Diikuti OVO yang mengalami penurunan menjadi 21% bulan Desember, dari yang sebelumnya 25% dari total nilai transaksi di bulan September lalu. Gopay meningkat tipis dari 16% dari bulan September lalu, jadi 18% di bulan Desember. Dana yang meningkat sebelumnya dari bulan September di 17%, meningkat stabil di Desember 18% dan LinkAja yang mengalami penurunan sebelumnya dari bulan September 9%, menjadi 7% di bulan Desember.
ShopeePay juga berhasil menjadi merek dompet digital yang paling sering digunakan oleh masyarakat di tengah pandemi, di mana frekuensi transaksi menggunakan ShopeePay merajai lansekap e-wallet dan mencapai rata-rata 9,6X di bulan Desember. Frekuensi ini bertumbuh secara signifikan dari frekuensi sebelumnya 9,1X tiap bulannya di bulan September lalu.
Hasil survey lainnya juga menunjukkan bahwa 42% responden lebih memilih ShopeePay sebagai e-wallet yang paling direkomendasikan, diikuti Ovo (21%), Dana (18%), Gopay (15%), dan LinkAja (3%).
Dituturkan Astrid, data ini menunjukkan ShopeePay juga merupakan e-wallet yang paling aktif melakukan inovasi, sehingga terus ada tawaran kemudahan-kemudahan baru dan perbaikan dalam layanan penggunaannya. Keberhasilan itu juga didukung oleh integrasi ShopeePay dengan Shopee yang kini merupakan e-commerce nomor satu di Indonesia.
"Dengan jaringan ratusan ribu merchant di seluruh Indonesia dalam berbagai kategori, dari makanan, minuman, fashion, ritel, logistik, hingga merchant sosial seperti donasi, membuat bisnis ShopeePay melaju pesat dan disukai konsumen. Dibandingkan pemain industri e-wallet lainnya dengan penetrasi yang cukup fluktuatif selama tiga bulan ke belakang, ShopeePay dapat menunjukkan performa baik yang konsisten bahkan melampaui awal periode kampanye angka kembar di Indonesia,” pungkas Astrid.