Studi yang dirilis Hootsuit mengungkapkan bahwa jumlah pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 160 juta atau 59 persen dari total jumlah penduduk. Dengan jumlah pengguna yang tinggi itu, waktu rata-rata penggunaan media sosial di Indonesia juga tercatat sangat tinggi, yakni mencapai 3 jam 26 menit per hari atau di atas rata-rata global yang hanya 2 jam 24 menit per hari.
Hal unik lainnya dari pengguna di Indonesia, ternyata rata-rata penduduk Indonesia memiliki sekitar 10 akun media sosial per orang, baik aktif maupun tidak aktif menggunakannya. Selain itu, 65 persen pengguna media sosial di Indonesia memanfaatkan platform tersebut untuk bekerja.
Dituturkan President Director PT Hyppe Teknologi Indonesia Hondo Widjaja, ini menunjukkan bahwa masih sangat terbuka kesempatan bagi Indonesia untuk memiliki media sosial (medsos) sendiri yang tidak hanya bisa dibanggakan, melainkan juga bisa bersaing di tingkat global.
Hyppe Teknologi Indonesia sebagai perusahaan startup lokal yang didirikan tahun 2018, saat ini memiliki 10 fitur di bawah umbrella brand Hyppe. Ada HyppeVid (large video content/landscape video), HyppeDiary (short video content/portrait video), HyppeStory (flash stroy), HyppeChat (chatting platform/avatar chat), HyppeCompetition (competition platform), HyppeSound (audio content & music player), HyppePic (photo/image content), HyppeScript (documents content/text format), HyppeLive (live streaming platform), dan HyppeGames (interactive/online games). Nantinya, 10 fitur tersebut akan menjadi satu kesatuan dalam aplikasi media sosial Hyppe yang akan didukung dengan teknologi Blockchain dan Fingerprint Combat sebagai basis teknologinya.
”Kami ingin berkontribusi lebih besar bagi bangsa ini dengan mendukung pemerintah dalam menumbuhkan ekonomi digital melalui sektor teknologi. Caranya, membangun sebuah Platform Social Media karya anak bangsa yang mampu bersaing di tingkat global,” ucap Hondo.
Lebih jauh ia menjelaskan, Hyppe juga merupakan ”sharing economy platform”, sehingga tidak hanya menjadi surga bagi content creators, pengguna atau viewer/penonton pun tak luput dari perhatian. Mereka juga akan mendapat penghasilan melalui iklan konten dan iklan sponsor yang mereka tonton di aplikasi Hyppe.
“Sudah saatnya para content creator sadar akan pentingnya menjaga hak kepemilikan konten mereka, sebab kontenlah yang memiliki kontribusi terbesar akan perkembangan jejaring sosial, sekaligus merupakan aset yang sangat berharga yang juga akan menjadi sumber passive income buat mereka,” ungkap Magin M, Vice President & Technology Advisor Hyppe Technology.
Selain itu, Hyppe juga menerapkan teknologi Blockchain dan Fingerprint Combat sebagai basis teknologi dalam Aplikasi media sosial Hyppe, untuk mencatat dan menjaga data hak kepemilikan konten mereka. Dengan demikian, kepemilikannya dapat diakui di seluruh dunia.
Ditambahkan Vice President Hyppe Technology Sammy Goh, PT Hyppe Teknologi Indonesia telah bermitra dan menggandeng dua perusahaan teknologi raksasa dunia dalam membangun dan mengembangkan aplikasi Hyppe sebagai platform media sosial terbesar di Indonesia.
"Ini adalah langkah awal menuju ekspansi global secara bertahap dalam misi jangka menengah untuk lima tahun ke depan dan menyelesaikan pembangunan data center di tiap negara dari 15 negara di seluruh dunia. Saat ini, Hyppe sedang melakukan finalisasi rencana pembangunan data center yang akan berpusat di kawasan kota digital, Bumi Serpong Damai (BSD), dan Tangerang," lanjutnya.
Saat ini, aplikasi Hyppe masih dalam tahap di-develop. ”Ke depan, ini akan menjadi habit baru bagi pengguna sosial media dalam berinteraksi sekaligus mendapatkan penghasilan melalui media online. Rencananya, aplikasi ini akan kami luncurkan tahun ini," pungkas Hondo.