MIX.co.id - Menurunnya industri properti di Tanah Air akibat pandemi turut memengaruhi industri transportasi di dalam gedung, seperti elevator (lift) dan escalator. Pada awal pandemi, tahun 2020, industri transportasi di dalam gedung mengalami penurunan hingga 40% jika dibandingkan tahun sebelumnya. “Tahun 2021, industrinya sudah mulai membaik. Kami berharap pada 2022 ini, industri ini akan lebih baik lagi. Meskipun, kondisinya belum bisa kembali pulih seperti semula, layknya sebelum pandemi,” ungkap Presiden Direktur PT Mitsubishi Jaya Elevator and Escalator (MJEE) Christian Satrya.
Industri transportasi di dalam gedung, diakui Satrya, nilai bisnisnya per tahun masih cukup menjanjikan. Dalam setahun, nilainya mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun. “MJEE berhasil meraih pangsa pasar 20% terhadap total pasar potensial yang diikuti oleh 7-8 merek. Sementara itu, jika berdasarkan total pasar keseluruhan dengan jumlah pemain yang mencapai 50-an merek, MJEE menguasai 10% pangsa pasar. Dengan pencapaian itu, kami masih di posisi Top 3,” katanya.
Sebagai bentuk optimisme, MJEE resmi membuka marketing office dan showroom-nya di Jakarta. Showroom dan marketing office terbaru di kawasan Rasuna Said itu mengusung konsep modern dan dinamis. Di showroom yang terletak di lantai 11 Trinity Tower itu, ditampilkan berbagai contoh produk MJEE yang dilengkapi dengan fasilitas training center serta cafetaria. “Fasilitas baru ini memang untuk sales office dan showroom produk,” tandasnya.
Lebih jauh ia menegaskan, untuk tahun ini, MJEE telah mematok target produksi lift sebanyak 400 unit, meningkat dibanding tahun 2021 yang mencapai 300 unit. Produksi terendah terjadi saat awal masa pandemi tahun 2020, yakni hanya sekitar 200 unit. Padahal, sebelumnya produksi MJEE pernah mencapai hingga 700 unit.
“Saat ini, kami masih mematik target konservatif, karena kondisinya masih wait and see. Namun, begitu ekonomi membaik, kami sudah siap. Sebab, selama pandemi ini, tidak ada kapasitas yang kami kurangi, baik SDM (Sumber Daya Manusia) maupun mesin-mesin pabrik, semua tetap dipertahankan. Jadi, kami setiap saat bisa meningkatkan kapasitas jika kebutuhan pasar meningkat,” yakin Satrya yang menyebutkan bahwa selain di dalam negeri, produk MJEE juga diekspor ke negara-negara ASEAN maupun Timur Tengah seperti Singapura, Malaysia, UAE, Saudi Arabia, dan lainnya.
Sementara itu, di tengah pandemi, MJEE juga berhasil meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) empat varian produk lift Mitsubishi pada kisaran 31% hingga 41% dengan sertifikasi dari Kementrian Perindustrian. MJEE berhasil menjadi satu-satunya merek lift internasional yang memiliki pabrik di Indonesia. Empat varian lift yang berhasil ditingkatkan TKDN nya meliputi lift dengan dan tanpa ruang mesin mulai dari tipe kecil kapasitas 630 kg sampai 1600 kg.
“Ada empat tipe lift yang berhasil ditingkatkan TKDN-nya, di mana ada satu varian yang telah mencapai lebih dari 41,22% dan tiga varian lainnya masih di bawah 40%. Target kami berikutnya adalah meningkatkan ketiga varian untuk mencapai TKDN 40% atau lebih,” lanjut Satrya.
Dalam meningkatkan TKDN tersebut, MJEE melibatkan pemasok lokal, terutama untuk produk baja, rofil aluminium, besi beban pengimbang, hingga ke pekerjaan packing serta perlakuan limbah dan scrap. Diakuinya, memang tidak mudah untuk melibatkan mellibatkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dalam pekerjaan ini, karena dalam banyak hal komponen lift harus mengacu pada standar Mitsubishi Electric maupun internasional.
“Kami juga berharap, tahun ini dapat kembali mengakselerasi bisnis, salah satunya melalui proyek pemerintah. Saat ini, produk-produk MJEE juga sudah banyak digunakan oleh banyak pengembang swasta, baik perusahaan lokal maupun internasional untuk berbagai jenis properti mulai dari perkantoran, apartemen, mall, hotel, perumahan, dan lain-lain,” pungkasnya.