Sejak pandem, banyak yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar. Sayangnya, tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik. Demikian diungkapkan Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM) Laksmi Mayesti, pada awal Juni ini.
“Sejak awal, bahkan sebelum pandemi, SMM sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung. Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung,” ungkapnya.
Lebih jauh ia meyakini, belajar online bisa sangat engaging, menyenangkan, dan bermakna. Kuncinya, ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar. Semua pengajar SMM dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya.
“SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak,” ia menambahkan.
Sayangnya, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas dan biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya. Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak, atau berpihak pada anak.
“Oleh karena itu, SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja. Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk kurikulum, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar, SMM menggunakan banyak pendekatan dan inovasi. “Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” ujarnya.
Menyambut tahun ajaran baru, diakuinya, SMM telah menyiapkan delapan sekolah satelit di delapan kota, antara lain di Bandung, Depok, Tangerang, Surabaya, serta beberapa kota besar lainnya. "Kami pun siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka langsung," tutupnya