Snack bukan sekadar camilan. Ia telah menjadi cara manusia modern menunjukkan kasih sayang, membangun koneksi, dan menyampaikan cinta tanpa kata-kata.
.
Pernahkah kamu merasa dicintai hanya karena seseorang memberimu camilan favorit saat kamu sedang suntuk?
Tanpa sepatah kata, tanpa kalimat manis, tapi cukup dengan satu bungkus keripik atau potongan cokelat—kamu tahu, orang itu peduli. Itulah keajaiban snack sebagai bahasa cinta.
Menurut laporan State of Snacking 2024 dari Mondelez International, 71% Gen Z dan Milenial mengatakan bahwa berbagi snack adalah bentuk bahasa cinta mereka.
Mungkin karena dalam dunia yang semakin serba cepat dan minim interaksi tulus, makanan kecil menawarkan sesuatu yang jauh lebih besar: rasa terhubung, diperhatikan, dan dihargai.
Snack bukan lagi sekadar pengganjal lapar. Sekarang, ia menjadi cara kita mengungkapkan emosi—dari sayang hingga simpati. Memberi teman sekantor biskuit hangat saat lembur, membawa camilan favorit pasangan saat mereka bad mood, atau menyiapkan cokelat untuk anak yang baru saja gagal ujian, semuanya adalah bentuk kasih yang tak selalu butuh kalimat panjang.
Laporan yang sama juga menyebut, 64% orang ngemil sebagai cara untuk “merasa terhubung” dengan orang lain. Bahkan lebih dari itu, snack menjadi perpanjangan tangan dari love language—mirip seperti sentuhan, waktu berkualitas, atau kata-kata afirmasi.
Snack itu sederhana, tapi sarat makna.
Ia tidak mewah, tapi mampu meluluhkan hati.
Ia tidak banyak bicara, tapi membuat kita merasa dimengerti.
Karena cinta tidak selalu datang dengan pelukan. Kadang, ia hadir dalam bentuk sekotak camilan di atas meja.
Jadi, kalau kamu bingung bagaimana menunjukkan perhatian hari ini, mungkin kamu hanya perlu satu hal:
bagi snack-mu. Karena di dalam setiap gigitan, tersimpan rasa cinta yang paling tulus.
