Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan termasuk bisnis. Pandemi yang telah berjalan lebih dari satu tahun telah membuat pelaku usaha, khususnya UKM, harus beradaptasi terhadap perubahan proses bisnis yang kini semakin meminimalisir kontak langsung. Hampir semua proses bisnis mulai dari distribusi, marketing, hingga kerja sama dengan pihak lain menjadi berubah dan harus mengikuti protokol kesehatan.
“Pandemi COVID-19 telah mengubah lansekap bisnis di seluruh dunia. Kemampuan perusahaan dan organisasi untuk dapat memaksimalkan mobilitas adalah salah satu kunci agar tetap dapat survive di masa pandemi ini,” ujar Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia.
Bekerja secara mobile bukan lagi menjadi tren, tetapi telah menjadi kebutuhan. Keterbatasan ruang gerak karena adanya aturan untuk menjaga kontak fisik selama masa pandemi COVID-19 membuat hampir seluruh proses bisnis dilakukan secara online. Tren proses bisnis dan bekerja secara online diprediksi akan terus digunakan bahkan pasca pandemi. Salah satu faktor yang mendukung hal tersebut adalah para pelaku bisnis di Indonesia ternyata sudah siap dengan kegiatan bekerja dari rumah secara online (WFH).
Indonesia Paling Siap untuk WFH
Delapan dari sepuluh (78%) pelaku bisnis UKM di Indonesia menyatakan mereka siap untuk memberlakukan kegiatan work from home (WFH) yang sebagian besar disebabkan oleh pandemi COVID-19. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Hal tersebut diungkapkan dalam acara IDC & ASUS Webcast 2021: Digital Transformation in the Next Normal yang digelar secara online pada tanggal 18 Maret 2021.
Riset tersebut dilakukan berdasarkan hasil survey “IDC Asia/Pacific Laptops and Workspace Trends Survey 2020” yang dilakukan pada pertengahan tahun 2020 silam. Survey dilakukan kepada 10 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Survey tersebut dilakukan untuk menemukan apa saja kendala dalam menjalankan kegiatan WFH serta bagaimana perusahaan melakukan distribusi laptop dan perangkat pendukung kegiatan WFH lainnya. Survey juga melibatkan 2018 koresponden yang terbagi dalam kedua kelompok, yaitu para pengambil keputusan di bidang IT dan para pekerja yang menggunakan laptop.
Tidak seperti Indonesia, survey yang dilakukan IDC mengungkapkan bahwa wilayah Asia Pasifik lainnya cenderung tidak siap dengan tren “bekerja dari mana saja” yang diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19. Rata-rata hanya sebanyak 28% persen pelaku bisnis UKM di Asia Pasifik yang sudah siap apabila karyawannya harus terus melakukan WFH bahkan setelah pandemi COVID-19 selesai. Sementara sebanyak 40% pelaku bisnis UKM masih ingin karyawannya tetap kembali bekerja dari kantor.
Beberapa kendala jangka pendek dalam WFH yang diungkapkan oleh para pelaku usaha di antaranya adalah masalah pada keamanan, operasional, kolaborasi dan komunikasi, serta produktivitas. Namun pernyataan tersebut juga memunculkan fakta bahwa sebagian besar pelaku usaha hanya memikirkan jangka pendek dan tidak memberikan karyawannya perangkat yang tepat untuk melakukan WFH.
ASUS memprediksi bahwa kesiapan Indonesia dalam menghadapi WFH dapat lebih tinggi dibandingkan negara lainnya karena pelaku bisnis UKM sudah terbiasa dengan berbagai faktor yang membuat karyawan sering diminta untuk bekerja dari rumah. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah bencana alam seperti bajir, gempa, dan gunung meletus yang sering terjadi di Indonesia. Sementara faktor lainnya adalah infrastruktur yang masih tertinggal membuat kemacetan besar sering terjadi dan memaksa karyawan untuk dapat produktif di manapun.
Tantangan WFH Bagi Pelaku Usaha
Meski 84% pelaku bisnis UKM di Indonesia menyatakan...