MIX.co.id - Studi Bank Indonesia mengungkapkan, 87,5% UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) terdampak pandemi. Bahkan, mayoritas UMKM mengalami penurunan penjualan dan cashflow akibat pandemi. Sementara itu, Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) mencatat, ada 30 juta UMKM bangkrut akibat pandemi.
Berangkat dari fakta itu, platform financial technology (fintech) BukuWarung yang hadir pada 2019 dan mulai beroperasi pada 2020, menawarkan solusi untuk para pelaku UMKM. Platform BukuWarung menghadirkan ekosistem finansial digital guna mendukung para pelaku UMKM di Indonesia dalam menjalankan dan menumbuhkan bisnisnya.
“Platform BukuWarung menawarkan solusi yang praktis, mudah, dan gratis dengan mengedepankan pengalaman penggunaan yang simpel. Solusi berupa aplikasi BukuWarung ini memiliki fitur utama pencatatan keuangan digital untuk membantu pelaku UMKM memantau dan mengevaluasi bisnisnya,” papar Adi Harlim, Director of Merchant Experience BukuWarung.
Solusi yang ditawarkan BukuWarung, lanjut Adi, berangkat dari hasil studi internal BukuWarung, yang menemukan fakta bahwa pelaku UMKM bidang ritel (pedagang) rata-rata menghabiskan hingga 8 jam per minggu untuk pengelolaan transaksi penjualan, pengeluaran, dan kredit secara manual. Proses tersebut cenderung membosankan sehingga acapkali diabaikan. Selain itu, pencatatan manual juga memiliki risiko kesalahan yang tinggi dan rawan hilang atau rusak. Akibatnya, pelaku UMKM melewatkan pembayaran dari pelanggan, bahkan mengakibatkan gagal bayar hingga 12%.
Untuk mengedukasi pelaku UMKM tentang pentingnya penggunaan platform fintech yang dapat membantu mereka mencatatkan keuangan serta memantau sekaligus mengevalusi bisnis, BukuWarung menggelar program edukasi melalui diskusi virtual bertajuk ‘Bongkar Kunci UMKM Siapkan Bisnis Pasca-Pandemi’ yang digelar pada Oktober ini (21/10).
Pada kesempatan ini, BukuWarung menghadirkan dua pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform BukuWarung. Pembicara pertama adalah Danu Sofwan, pemilik beberapa jaringan usaha yang memulai bisnisnya dari skala UMKM, antara lain Randol yang telah memiliki 800 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dan Hongkong.
“Sebagai pelaku UMKM, saya mengusung empat pilar disipin dalam menjalankan bisnis. Keempat pilar ini adalah disiplin spiritual, displin diri, disiplin waktu, dan disipilin finansial. Nah, dalam menjalankan bisnis ini, saya pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah, padahal bisnis saya waktu itu sedang bagus-bagusnya. Ini terjadi karena saya tidak melakukan disiplin finansial,” cerita Danu, yang juga dikenal sebagai pendiri Radja Cendol, Es Teh Indonesia, dan Basreng Gonjreng.
Oleh karena itu, Danu memutuskan untuk melakukan dispilin finansial dengan melakukan evaluasi. Antara lain, mulai melakukan perbaikan melalui pencatatan keuangan yang teratur. "Dengan demikian, saya dapat mengetahui secara jelas setiap transaksi yang terjadi, untung yang diperoleh, termasuk mengetahui apabila terjadi kerugian. Catatan inilah yang menjadi dasar bagi saya selaku pelaku UMKM untuk melakukan evaluasi dan mengambil langkah strategis untuk mengembangkan bisnis,” ungkap Danu.
BukuWarung adalah platform yang digunakan Danu untuk menjalankan bisnisnya. Menurutnya, BukuWarung menghadirkan solusi pencatatan keuangan usaha yang komplet, yang meliputi pembukuan transaksi usaha, serta pelaporan finansial berjangka (harian/mingguan/bulanan), yang kemudian bisa digunakan untuk pengajuan permodalan. “Selain itu, aplikasi BukuWarung juga memiliki pencatatan pengelolaan utang dan dana pribadi, serta fitur pengingat jatuh tempo piutang, bahkan bisa menagihkannya kepada pelanggan secara otomatis,” katanya.
Hal senada disampai juga oleh pembicara kedua, Henhen Mulyadi, pelaku UMKM asal Sukabumi, yang memulai bisnisnya dengan membuka warung kelontong di rumah dan kemudian berkembang menjadi supplier kopi. Selama satu setengah tahun terakhir, Henhen mengaku pengelolaan bisnisnya sangat terbantu dengan pemanfaatan aplikasi BukuWarung.
“Sebagai pengusaha, pencatatan segala aspek keuangan mulai dari modal, stok barang, hingga utang piutang itu tidak boleh terlewatkan. Sebab, semua itu sangat berpengaruh pada kelancaran dan kelanjutan usaha. Dulu, sewaktu masih mencatat secara manual, saya seringkali boncos. Setelah menggunakan pencatatan keuangan digital dari BukuWarung yang praktis, mudah, dan gratis, keuangan usaha saya lebih terpantau dan bisnis pun lebih menguntungkan,” aku Henhen.
Dituturkan Adi, selain menghadirkan pencatatan keuangan digital, BukuWarung terus menghadirkan inovasi teknologi, dengan menambahkan fitur-fitur baru, seperti etalase online, pembayaran digital, hingga akses pembiayaan. “Fitur-fitur ini hadir karena didasarkan atas insight yang kami peroleh dari para merchant atau UMKM. Kami pahami betul kebutuhan mereka, untuk selanjutnya kami menghadirkan inovasi berupa fitur atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM atau merchant,” paparnya.
Saat ini, BukuWarung telah menjangkau 6,5 juta pelaku UMKM. “Dalam kurun waktu dua tahun, platform BukuWarung sudah digunakan oleh 6,5 juta UMKM. Sampai akhir 2021 ini, kami menargetkan akan ada 8 juta pelaku UMKM yang menggunakan BukuWarung. Dan, para pelaku UMKM ini tersebar di lebih dari 500 kota/kabupaten berbagai kota, kabupaten, hingga kecamatan di seluruh Indonesia,” tutup Adi, yang menegaskan bahwa ke depannya, BukuWarung akan terus melakukan ekspansi, karena masih ada 65 juta UMKM di Indonesia yang masih berpotensi untuk digarap.