STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS MODERN ERA BARU: KOLABORASI REXONA DAN (G)I-DLE

Lewat kampanye #GlowForIt dan kolaborasi digital yang interaktif, Rexona berhasil membangun kedekatan emosional dengan generasi muda. Kampanye ini merupakan contoh penerapan marketing public relations (MPR) yang modern, mengombinasikan teknologi digital, peran influencer, dan budaya pop untuk mencapai tujuan brand di era digital.

.

Ketika meluncurkan Rexona Vitamin+Bright, Rexona menunjuk grup K-Pop ternama (G)I-DLE sebagai brand ambassador untuk memperkuat kampanye pemasaran mereka di pasar Asia Tenggara. Strategi ini tidak hanya berfokus pada promosi produk baru, tetapi juga menciptakan keterhubungan emosional antara brand dan konsumennya, khususnya generasi muda yang mengidolakan K-pop.

Dalam rangkaian kampanye ini, Rexona mengusung tema #GlowForIt, sebuah ajakan bagi perempuan Indonesia untuk tampil percaya diri dan terus bergerak dengan kulit ketiak yang terawat dan cerah.

Kolaborasi dengan (G)I-DLE ini mencerminkan pendekatan marketing public relations (MPR) yang modern, di mana strategi PR tidak hanya digunakan untuk membangun reputasi atau citra positif, tetapi juga secara langsung mendukung tujuan marketing melalui keterlibatan audiens di platform digital.

Pemilihan (G)I-DLE sebagai wajah dari kampanye ini adalah langkah strategis yang memanfaatkan daya tarik global budaya K-pop untuk menarik perhatian dan membangun loyalitas konsumen. Rexona memahami bahwa di era digital, pesan merek perlu disampaikan melalui figur yang memiliki pengaruh kuat dan relevansi tinggi bagi target pasar mereka.

Lebih dari sekadar peluncuran produk, Rexona memanfaatkan momen ini untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi konsumennya melalui TikTok Dance Challenge #GlowForItStage, yang merupakan kompetisi pertama di Asia Tenggara yang menggabungkan teknologi Augmented Reality (AR) dan Artificial Intelligence (AI).

Kompetisi ini memungkinkan pengguna TikTok untuk berpartisipasi dalam tantangan menari menggunakan koreografi yang terinspirasi dari salah satu lagu hit (G)I-DLE, Queencard. Dengan demikian, audiens tidak hanya menjadi konsumen pasif tetapi juga ikut serta dalam menciptakan dan menyebarkan konten kampanye, menjadikan mereka bagian integral dari narasi brand Rexona.

Pendekatan MPR seperti yang diterapkan Rexona ini menandai pergeseran signifikan dari metode komunikasi tradisional. Di era modern ini, PR tidak lagi hanya berfungsi sebagai penyampai pesan yang berjarak dari audiens, tetapi juga sebagai fasilitator pengalaman yang mengundang partisipasi publik. Melalui pendekatan ini, Rexona berhasil menyelaraskan PR dengan strategi marketing yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan konsumen, serta menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan audiens melalui pengalaman yang relevan dan menghibur.

Inisiatif Rexona dengan kampanye #GlowForIt menunjukkan bahwa kesuksesan PR di era digital sangat bergantung pada kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi modern dan memanfaatkan influencer atau figur populer untuk memperkuat pesan brand. Kolaborasi dengan influencer lokal seperti Fuji An, Clarissa Putri, dan Fadil Jaidi semakin memperkaya kampanye ini dengan menghadirkan figur-figur yang dekat dengan audiens Indonesia, membuat pesan brand menjadi lebih personal dan relatable.

Melalui strategi marketing public relations yang inovatif ini, Rexona berhasil menciptakan koneksi emosional dengan konsumennya, meningkatkan brand awareness, dan memperkuat loyalitas terhadap brand. Pendekatan ini menjadi contoh nyata bagaimana PR modern dan marketing dapat bersinergi untuk mencapai hasil yang lebih komprehensif, efektif, dan relevan di era digital, di mana pengalaman konsumen, keterlibatan, dan interaksi menjadi kunci utama dalam membangun citra dan keberhasilan suatu brand.

Dalam era digital yang semakin berkembang, peran public relations (PR) telah mengalami perubahan fundamental, di mana fungsi-fungsi PR kini menyatu dengan marketing untuk menciptakan pendekatan komunikasi yang lebih efektif dan berorientasi pada audiens. Transformasi ini didorong oleh pergeseran dari media tradisional ke platform digital, yang memungkinkan interaksi dua arah antara perusahaan dan publik (Tong & Chan, 2023)​. Perubahan ini tidak hanya terjadi dalam cara PR menyampaikan pesan, tetapi juga dalam fungsinya yang lebih reflektif, adaptif, dan berorientasi pada kebutuhan audiens.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)