Nilai GDP Indonesia yang mencapai US$ 625 miliar di tahun 2016 lalu, 7%-nya diposok oleh Food and Beverages. Itu artinya, industri Food and Beverages menyumbang sekitar US$ 65 miliar di tahun 2016. Bahkan, merujuk data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), kategori kuliner mampu menyumbang 30% terhadap total ekonomi kreatif di Indonesia. Sementara itu, di tahun yang sama, 2016, jumlah online shopper di Indonesia mencapai 8,7 juta orang dengan nilai transaksi sekitar US$ 4,89 miliar. Angka yang tercatat menggiurkan untuk para pelaku bisnis yang memiliki passion di industri kuliner.
Tak mengherankan, jika Anthony Gunawan memutuskan untuk “pulang kampung”, setelah sebelumnya sudah mapan berkarir di perusahaan ritel di Amerika Serikat. Setibanya di Tanah Air, Anthony memutuskan untuk pindah kuadran, dari seorang profesional menjadi entrepreneur. Ia memutuskan untuk langsung membangun bisnis e-Commerce kuliner, Wakuliner—kependekan dari Wadah Kuliner.
Diceritakannya, Wakuliner didirikan pada Januari 2016. Ketertarikannya menghadirkan marketplace e-Commerce pertama di Indonesia itu, karena selama ini platform yang hadir lebih bersifat localize, alias belum ada yang berskala nasional maupun dunia. Alasan lainnya, tentu saja karena bisnis kuliner menjadi bisnis yang sangat menjanjikan ke depannya.
Januari 2017, Anthony dan tim memutuskan untuk menggelar test promo pertama Wakuliner, tanpa launching. Objektifnya, untuk mengukur kemampuan sistem dan aplikasi. Pada Juni 2017, Wakuliner sudah siap diakses dan digunakan publik dalam jumlah massal. “Gagasan mendirikan Wakuliner berangkat dari hasil riset serta adaptasi dan penyempurnaan dari sejumlah perusahaan kuliner di dalam maupun luar negeri,” lanjutnya yang menyebut bahwa Wakuliner sudah hadir di 60 kota di Indonesia.
Mengusung konsep C2C (Customer to Csutomer), dikatakan Anthony, Wakuliner mengundang para mereka yang berbisnis kuliner untuk membuka toko online-nya di Wakuliner. “Kami masih memberikan gratis kepada merchant untuk membuka toko online di Wakuliner. Hanya dalam beberapa menit, mereka sudah bisa membuka toko online, untuk kemudian menghadirkan 15 menu andalan serta satu buah banner promosi di Wakuliner. Sampai saat ini, belum ada sharing margin dari setiap transaksi yang terjadi melalui Wakuliner,” ujar Anthony yang mengaku memiliki visi untuk membantu pelaku bisnis UKM di Indonesia.
Hasilnya? Dijawab Anthony, kini tak kurang dari 3.600 merchant sudah bergabung dengan Wakuliner. Sementara itu, lebih dari 10.700 orang yang sudah mengunduh aplikasi Wakuliner . Adapun jumlah pengguna Wakuliner sudah mencapai lebih dari 7.500.
Melihat respon yang positif, Anthony optimis pada akhir tahun 2017 ini, Wakuliner dapat menambah jumlah merchant-nya hingga 10 ribu. Selain itu, ia juga menargetkan jumlah pengguna Wakuliner dapat menembus 250 ribu.
Guna mencapai target tersebut, diakuinya, sejumlah strategi harus dijalankan. Langkah pertama adalah dengan memanfaatkan pendekatan Public Relations (PR). Antara lain, dengan menggelar soft launching Wakuliner di hadapan media atau jurnalis, pada hari ini (9/8) di Jakarta. Selanjutnya, Wakuliner juga akan aktif menggelar kampanye komunikasi melalui social media seperti Facebook dan Instagaram, serta messenger seperti BBM, Whats App, dan LINE.
Belum cukup, ditambahkan Anthony, pada sepanjang Agustus ini, Wakuliner akan menggelar promosi untuk para pengguna maupun merchant. Misalnya, untuk 1.000 pemesan makanan pertama di Wakuliner berhak memperoleh voucher senilai Rp 15 ribu. “Selain itu, bagi pelanggan yang tercatat sebagai pembeli tersering atau pembeli terbanyak berpeluang memperoleh smartphone Samsung Galaxy S8. Termasuk, para merchant yang membuka toko online-nya di Wakuliner juga berpeluang memperoleh seminar gratis senilai jutaan rupiah dari Tung Desem Waringin,” paparnya.
Tentu saja, bukan hanya promosi dan kampanye pemasaran yang menjadi strategi Wakuliner dalam menarik minat konsumen maupun merchant. Aneka fitur yang dihadirkan Wakuliner juga menjadi salah satu added value-nya. Saat ini, menurut Anthony, Wakuliner tidak hanya menyediakan fitur layanan kuliner. “Kami juga menyediakan fitur pesan-antar ke seluruh kota di Indonesia yang kami sebut Waku Antar, fitur info wisata kuliner legandaris yang terhubung langsung dengan peta sehingga sangat efisien dan akurat yang kami sebut Waku-Wiku, serta fitur katering Waku-Katering yang segara hadir pada September 2017 ini,” ucapnya.
Diferensiasi lainnya yang ditawarkan Wakuliner, kata Anthony, adalah call center dan technical support yang hadir selama 365 sehari dalam setahun. Dengan demikian, kualitas layanan dapat terkontrol dengan baik. “Visi kami ke depannya adalah menjadikan Wakuliner sebagai marketplace kuliner terbesar dan terlengkap di dunia,” tandas Anthony yang menyebutkan bahwa investasi awal yang sudah ditanamkan pada Wakuliner mencapai Rp 2 miliar.