Studi "Health on Demand 2023": Mayoritas Karyawan Indonesia Stres karena Work Pressure, Poor Leadership, dan Toxic Culture

MIX.co.id - Mercer Marsh Benefits, unit bisnis dari Marsh McLennan, merilis hasil studi terbarunya, "Health on Demand 2023" pada hari ini (13/7), di Jakarta. Laporan tersebut tidak hanya menemukan bahwa relevansi dan nilai dari manfaat kesejahteraan merupakan sebuah isu bagi karyawan di Indonesia, tetapi juga mendapati adanya kesenjangan perlindungan yang semakin melebar, khususnya di antara pekerja dengan upah rendah, pengasuh (caregiver), dan perempuan.

Studi terhadap lebih dari 17.500 karyawan di 16 pasar seluruh dunia, termasuk Indonesia, itu menemukan sejumlah fakta menarik. Salah satunya, 26% karyawan Indonesia mengaku mengalami stres dalam kehidupan sehari-hari, lebih rendah dari rata-rata karyawan di Asia (44%). Meski demikian, hampir sebagian dari mereka (45%) mengaku pernah bekerja saat kondisi mental yang tidak sehat.

Dituturkan Wulan Gallacher, Managing Director Mercer Marsh Benefits Indonesia, pada hari ini (13/7), di Jakarta, dari 26% karyawan Indonesia yang mengalami stres, maka 78%-nya mengaku stres karena tekanan pekerjaan (work pressure), 65% karena kepemimpinan yang buruk (poor leadership) seperti atasan yang tidak memberikan arahan yang jelas, 55% karena toxic culture seperti adanya teman kerja yang sering flexing sehingga mereka khawatir tidak bisa masuk ke dalam circle tersebut, 44% karena lingkungan kerja yang berbahaya, dan 41% karena job security seperti kekhawatiran tidak diangkat jadi karyawan tetap atau tidak diperpanjang kontraknya. "Padahal, biasanya loyalty karyawan itu muncul karena boss atau pimpinannya, bukan karena perusahaan (manajemen)-nya," tandasnya.

Saat ini, dikatakan Wulan, berbagai perusahaan terkemuka mengatasi permasalahan utama yang menyebabkan karyawan merasa stres di tempat kerja sebagai bagian dari strategi manfaat kesejahteraan yang komprehensif dan inklusif.

Dia mencontohkan, perusahaan meninjau kembali desain pekerjaan dan kompetensi para supervisor, mengatur target dan ekspektasi yang rasional, menciptakan budaya kebersamaan dan pengambilan keputusan yang inklusif, serta menawarkan manfaat kesejahteraan, seperti perawatan terkait kesehatan mental, bahkan pelatihan untuk mengatasi tantangan kesehatan mental.

"Meningkatkan kesehatan mental karyawan membutuhkan solusi dan manfaat kesejahteraan yang inovatif. Di Indonesia, layanan yang ditargetkan untuk kesehatan mental anak muda (46%), pelatihan untuk mengenali dan mengatasi tantangan kesehatan mental (41%), serta asuransi atau program untuk meringankan beban biaya perawatan kesehatan mental dan konseling virtual dengan terapis (39%) dirasa akan bermanfaat bagi karyawan maupun keluarganya," ungkapya.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)