MIX.co.id - SiteMinder resmi merilis SiteMinder's Changing Traveller Report 2025, pada hari ini (12/11), di Jakarta. Survei global tentang akomodasi yang dilakukan platform distribusi dan pendapatan hotel itu mengungkapkan sejumlah temuan menarik.
Studi yang dilakukan kepada 12.000 responden global—dimana 878 responden berasal dari Indonesia—mengungkapkan bahwa wisatawan Indonesia paling bersedia membayar lebih untuk menginap di hotel yang ramah lingkungan. Mayoritas wisatawan Indonesia (95%) bersedia membayar lebih untuk akomodasi ramah lingkungan pada tahun depan. Sementara itu, hanya 70% responden global yang bersedia membayar lebih untuk menginap di hotel yang ramah lingkungan.
Data SiteMinder mengungkapkan bahwa 36% wisatawan Indonesia bersedia membayar hingga 10% lebih mahal untuk akomodasi ramah lingkungan pada tahun 2025, dimana 35% responden Indonesia bersedia membayar hingga 25% lebih mahal, 18% responden Indonesia bersedia membayar hingga 50% lebih mahal, bahkan 7% responden Indonesia bersedia membayar lebih dari 50% untuk penginapan yang ramah lingkungan.
Fakta menarik lainnya yang dijumpai dari studi ini adalah pemanfaatan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan dalam mencari, memesan, dan meningkatkan pengalaman menginap di hotel. Pada tahun 2025, 78% responden global terbuka terhadap penggunaan AI untuk merencanakan, memesan, dan meningkatkan pengalaman menginap di hotel. Pada pemanfaatan AI, 98% Indonesia memanfaatkan AI untuk mencari, memesan, dan meningkatkan pengalaman menginap di hotel, yakni mencapai 98%.
Dalam hal adopsi teknologi, 51% meyakini bahwa perhotelan sudah cukup maju (33%), bahkan 18% menilai perhotelan sudah sangat maju mengadopsi teknologi jika dibandingkan industri lainnya. Persepsi tersebut mencapai 80% di Indonesia.
Sementara itu, tiga fitur penting yang wajib dimiliki penginapan menurut responden global adalah kasur dan bantal (56%), pemandangan kamar (53%), serta pengaturan suhu (35%). Bagi wisatawan Indonesia, pemandangan adalah kunci (69%), TV/sistem audio (43%), dan bathtub (42%).
Konsep work-vacation juga diminati wisatawan Indonesia. Terbukti, 66% wisatawan dari Indonesia berencana untuk bekerja saat liburan pada 2025 mendatang. Angka tersebut naik 13% dari tahun ke tahun, sehingga menjadi peningkatan terbesar di seluruh dunia.
Fakta berikutnya yang terungkap dari laporan ini adalah event menjadi pendorong utama 93% wisatawan untuk bepergian pada 2025 mendatang. Selanjutnya, diikuti oleh konset atau festival musik (46%), reuni keluarga atau perayaan (41%), pertandingan olahraga (32%), pernikahan (28%), konferensi atau pameran (25%), hingga kegiatan atau ziarah keagamaan (21%).
Pada tahun 2025, wisatawan Indonesia akan menjadi yang paling banyak melakukan riset (25%) dan memesan penginapan melalui agen perjalanan online (OTA) sebesar 62%. Angka itu melampaui Tiongkok (56%), yang memimpin pemesanan melalui OTA di tahun sebelumnya. Peningkatan paling tajam dalam penggunaan OTA terlihat di antara populasi Gen X Indonesia (usia 44-59 tahun), dengan 53% berencana untuk memesan penginapan melalui OTA, meningkat dari 41%.
Terkait rencana wisata pada tahun depan, 2025, ada 72% wisatawan global yang akan berwisata ke luar negeri, dengan Jepang menjadi destinasi favorit (13%). Bahkan, sebanyak 33% wisatawan Indonesia mengaku ingin ke negeri sakura (Jepang) pada 2025 mendatang.
Dalam konferensi pers yang digelar hari ini (12/11), di Jakarta, Rio Ricaro, Country Manager untuk Indonesia di SiteMinder, mengungkapkan, “Bagi para pelaku bisnis perhotelan, menangani preferensi yang terus berkembang ini membutuhkan lebih dari sekadar beradaptasi dengan tren. Hal ini membutuhkan pemahaman yang tepat mengenai perubahan perilaku wisatawan.”
