• Berdasarkan hasil survei, tindakan tertinggi yang dilakukan apabila AC rumah tangga rusak adalah memperbaiki sebesar 48% dan paling rendah adalah dibuang sebesar 2%.
• Berdasarkan hasil survei, informasi yang paling dibutuhkan responden adalah informasi terkait dengan harga, kualitas kelebihan dan kekurangan produk yaitu sebesar 27,2%, kemudian informasi terkait label tanda hemat energi sebesar 26,3%, dan paling rendah adalah informasi terkait proses pembuangan AC yang benar sebesar 3,5%.
• Untuk petugas pembersihan AC berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa responden akan menggunakan jasa teknisi untuk melakukan proses tersebut yaitu sebesar 100% , dan tidak melakukannya secara mandiri.
• Berdasarkan hasil survei responden yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi yaitu sebesar 82% dan yang tidak bersedia sebesar 18%. Kemudian untuk jenis sosialisasi yang disukai tertinggi ada pada kegiatan webinar yaitu sebesar 32,2%. Selain itu juga responden tertarik adanya sosialisasi melalui iklan dan media sosial yaitu sebesar 25,4%.
Berangkat dari temuan itu, Tulus menyarankan agar konsumen lebih kritis lagi saat memilih AC yang lebih baik dengan mempertimbangkan pemilihan AC berlabel hemat energi. "Konsumen sangat penting dalam hal ini. Konsumen juga perlu memperhatikan suhu awal saat menyalakan AC, jangan terlalu rendah, agar tidak boros energi, dan menjaga dampak negatif terhadap lingkungan," katanya.
Sedangkan untuk pelaku usaha, ia menyarankan, agar lebih aktif lagi dalam mempromosikan AC hemat energi. "Label AC harus lebih jelas agar konsumen lebih mudah memahaminya. Sementara itu, kepada pemerintah sebagai regulator juga harus pro aktif dalam pengawasan di pasaran, agar produk AC yang beredar benar benar mematuhi aturan," pungkasnya.