MIX.co.id – Suntech, produsen panel surya global, berkomitmen membangun pabrik manufaktur panel surya domestik di Indonesia berkapasitas produksi 2 Gigawatt yang akan beroperasi akhir tahun ini.
Selain itu, Suntech juga akan membawa perusahaan-perusahaan yang menjadi rantai pasoknya untuk berinvestasi di Indonesia guna membantu percepatan pengembangan industri energi terbarukan dengan memperhatikan peningkatan target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Penandatanganan kerja sama antara Suntech Indonesia dan rantai pasoknya, diwakili langsung oleh Chairman Suntech, Wu Fei, di sela-sela acara diskusi panel ‘Road to ISF 2024: The Future of Energy Value Chains in The Regional Low-Carbon Economy Development’ di Ballroom Thamrin Nine Tower, Jakarta, Selasa (20/8).
Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) menyatakan, teknologi dan rantai pasok industri solar panel dan baterai energy storage harus berkembang di Indonesia.
Menurutnya, listrik dari PLTS yang dihasilkan di Indonesia idealnya harus berasal dari panel surya yang dibuat di Indonesia.
“Indonesia harus mampu menjadi hub manufaktur di tengah transisi energi nasional dan dunia,” lontar Rachmat yang hadir sebagai keynote speech dan turut menyaksikan penandatanganan kerja sama.
Dalam konteks rantai pasok energi terbarukan panel surya, untuk memenuhi kebutuhan panel surya yang dapat mencapai puluhan gigawatt setiap tahunnya, Indonesia harus mampu memproduksi setidaknya sel dan panel surya, khususnya yang memiliki bankability atau kelayakan pembiayaan sesuai Tier 1 lembaga pemeringkat global Bloomberg New Energy Finance (BNEF) sehingga pengguna produknya terjamin sepanjang 25 tahun.
Untuk diketahui sebelumnya, pemerintah Indonesia akan membangun jaringan transmisi kelistrikan dari wilayah Sumatera, Jawa, Kepulauan Riau, Batam, hingga Singapura seiring dengan rencana ekspor elektron atau listrik hijau ke Singapura sebesar 2 Gigawatt.
“Dengan memanfaatkan peta jalan TKDN, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi terbarukan di kawasan ini, termasuk proyek listrik lintas batas ke Singapura,” timpal Dharsono Hartono, Ketua KADIN Net Zero Hub.
Investasi Suntech Indonesia dan rantai pasoknya juga dinilai Shinta W. Kamdani selaku WKU Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri KADIN Indonesia sebagai strategi percepatan pengembangan industri manufaktur panel surya dalam negeri agar tercipta nilai tambah hulu ke hilir dalam transisi energi.
“Keberadaan rantai pasok komponen PLTS yang kuat dan terintegrasi akan membuka akses industri ke energi terbarukan dengan biaya yang lebih terjangkau,” tegasnya.
Dengan adanya industri PLTS domestik, menurut Shinta, maka bisnis-bisnis ini dan ratusan bisnis lainnya di seluruh Indonesia mendapat akses listrik yang lebih murah, lebih bersih sehingga mampu membantu mereka memenuhi komitmen internasional dan memastikan tercapainya target Net Zero Emission (NZE).
“Langkah strategis Suntech Indonesia dalam penguatan rantai nilai industri panel surya Indonesia diharapkan tidak hanya untuk mencapai target bauran energi terbarukan, tapi juga menandakan bahwa Indonesia menguasai teknologi PLTS yang kompetitif,” harap Shinta lagi.
Sementara itu, Wu Fei kepada media mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi fokus Suntech.
“Kami akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk membangun ketahanan energi dalam peningkatan daya saing industri di Indonesia,” tandasnya. ()