Lebih dari 70 persen fintech startup fokus memberikan layanan kepada segmen yang tidak terlayani oleh perbankan (unbanked and underbanked). Selain itu, 85 persen responden melihat adanya potensi adopsi fintech di daerah terpencil sehingga jika potensi ini terus dikembangkan maka inklusi keuangan di Tanah Air semakin meningkat.
Demikian terungkap dalam paparan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Annual Member Survey Report 2018. Chairman Aftech Niki Santo Luhur mengemukakan, industri finctech di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini ditengarai dari jumlah startup yang meningkat, disusul total investasi, serta tingkat penggunaan solusi fintech dalam masyarakat sepanjang tahun 2018.
“Terkait adopsi dari solusi fintech di masyarakat saat ini masih didominasi oleh vertikal sistem pembayaran dan pinjaman online,” kata Niki kepada media dalam acara launching of Aftech Annual Member Survey Report di Jakarta, Kamis (2/5).
Berdasarkan data Aftech Annual Member Survey Report, pada Desember tahun lalu Aftech memiliki 178 member fintech baru, melonjak signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya memiliki 6 member.
"Total investasi di berbagai fintech meningkat sebesar 93 year on year (yoy). Para investor melihat Indonesia merupakan pasar yang bagus di Asia Tenggara untuk fintech," diakuinya.
Konsumen terbesar fintech berada di Jabodetabek dengan Jakarta sebagai pengguna terbanyak. Kemudian diikuti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.
Meningkatnya penggunaan solusi fintech di masyarakat memberikan kontribusi positif pada industri keuangan. Melalui produk-produk keuangan berbasis inovasi dan teknologi, imbuhnya, fintech startup memiliki kemampuan untuk mendorong industri keuangan secara lebih di masa datang. ()
