Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) berkolaborasi dengan SUN Energy mengembangkan teknologi panel surya sebagai energi baru terbarukan (renewable energy) untuk mengurangi emisi karbon dan dampak emisi gas rumah kaca.
Direktur SUN Energy Garry Perdana mengungkapkan, penandatanganan nota kesepahaman dengan SV UGM ini mengawali serangkaian kegiatan perayaan HUT ke-5 SUN Energy selama sebulan ke depan.
“Untuk itu, sesegera mungkin komitmen SUN Energy kepada SV UGM dapat dilaksanakan pada bulan ini,” ujarnya pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara SUN Energy dan SV UGM yang diselenggarakan secar virtual pada Rabu (18/8), di Jakarta.
Perwujudan kerjasama ini, dijelaskan Garry, terdiri dari empat poin, yaitu implementasi pembangunan PLTS sebagai energi alternatif di bangunan kampus; pengembangan Tempat Uji Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Profesi di sektor energi tenaga surya; peningkatan pengetahuan melalui kuliah umum dengan dosen tamu dari SUN Energy satu bulan sekali; dan penyerapan tenaga sumber daya manusia menjadi karyawan magang, hingga pengabdian masyarakat di daerah KKN.
Menurut Agus Maryono, Dekan SV UGM, kerja sama ini sesuai Tridharma perguruan tinggi dan diharapkan dapat dilaksanakan secepatnya di tahun ini.
Perguruan tinggi sebagai stakeholders yang memiliki peranan penting dalam edukasi, penelitian dan pengembangan teknologi energi surya, diharapkan dapat mencetak generasi muda yang dapat mengembangkan energi hijau, khususnya tenaga surya sebagai alternatif sumber energi listrik.
Menurut Fabby Tumiwa, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), setiap 1 GW akan membuka lapangan kerja hingga 20.000 – 30.000 dan transisi energi hijau ini diproyeksikan akan menciptakan 3,6 juta lapangan kerja hingga tahun 2050.
Berdasarkan grand strategi energi nasional 2020 -2035, pemerintah mengharapkan tambahan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 38 GW dengan prioritas pada pembangkit listrik tenaga surya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan KESDM, Chrisnawan Anditya, menyampaikan bahwa pemerintah membutuhkan dukungan bersama, baik pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan generasi muda. Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengembangan EBT, khususnya tenaga surya
“Kerjasama ini wujud nyata link and match antara industri dengan institusi pendidikan serta sebagai center of excellence dan project based learning bagi dosen dan mahasiswa untuk belajar langsung dari kasus nyata di industri,” tandas Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud. ()