Menerobos hal-hal yang dianggap tabu dalam pemasaran bisa menjadi strategi efektif untuk meraih perhatian audiens dan menciptakan keterlibatan. Dari isu kesehatan mental hingga produk kesehatan reproduksi, kampanye berani ini mampu menumbuhkan empati dan menciptakan perubahan.
.
.
Tabu dalam pemasaran merujuk pada produk, layanan, atau topik yang sering dihindari dalam percakapan umum. Hal ini dikarenakan nilai budaya, agama, atau sosial yang membuatnya dianggap tidak pantas untuk dibahas secara terbuka.
Semengara itu dari perspektif antropologi, sosiologi, dan psikoanalisis, tabu dikategorikan sebagai fenomena yang dihasilkan budaya, memuat larangan perilaku atau percakapan, memiliki sifat religius atau profan, bersifat menular, dan bersifat ambivalen (Sabri et al., 2010).
Contoh kasus yang menunjukkan bagaimana topik tabu ini dikelola dalam pemasaran adalah pada diskusi publik mengenai infertilitas. Meskipun perawatan infertilitas seperti fertilisasi in vitro (IVF) umum dilakukan di negara-negara Barat, bagi banyak pasangan, masalah ini tetap dianggap sebagai tabu percakapan.
Sebuah studi oleh Grothaus dkk. (2023) menemukan bahwa keterbukaan dalam diskusi tentang infertilitas di platform media sosial seperti YouTube dapat meningkatkan kesejahteraan emosional pasien. Melalui konten video yang menggambarkan pengalaman pribadi, pasien merasa didukung secara emosional, mendapatkan informasi yang diperlukan, serta berkontribusi pada dekonstruksi tabu dalam masyarakat tentang isu-isu terkait infertilitas.
Di Amerika Serikat, misalnya, lebih dari 73.000 bayi lahir melalui teknologi reproduksi berbantu pada tahun 2020, meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2000, meskipun topik ini jarang dibahas secara terbuka (ASRM/SART, 2022).
Contoh lainnya adalah dalam iklan produk kesehatan mental dan kampanye anti-stigma. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan dalam kampanye yang mengangkat isu-isu kesehatan mental di media sosial dan iklan publik. Kampanye seperti ini bertujuan untuk menghilangkan stigma terhadap layanan psikoterapi atau penggunaan obat antidepresan.
Kampanye dari National Alliance on Mental Illness (NAMI) di Amerika Serikat, misalnya, menggunakan narasi pribadi dari para penderita dan keluarga mereka untuk mengangkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya dukungan terhadap individu dengan masalah kesehatan mental.
Kampanye ini berhasil mendapatkan perhatian publik, dengan lebih dari 25 juta pengguna media sosial yang terlibat dalam diskusi online mereka pada tahun 2020, dan membantu mengubah persepsi publik mengenai kesehatan mental (NAMI, 2020).
Pendekatan pemasaran yang juga merangkul topik tabu dilakukan dalam produk-produk yang dianggap sebagai "unmentionables" atau "produk yang sulit dibicarakan," seperti produk kesehatan reproduksi. Misalnya, kampanye iklan oleh HelloFlo, sebuah layanan pengiriman produk menstruasi di Amerika Serikat, sukses besar melalui video “The Camp Gyno,” yang menggambarkan pengalaman seorang gadis remaja pertama kali mendapatkan menstruasi.
Video tersebut viral, memperoleh lebih dari 11 juta...