Tahun 2022, Keyta Fokus pada Pertumbuhan Pengguna dan Product-Market Fit

MIX.co.id - Seiring dengan pertumbuhan eCommerce maupun social commerce, jumlah penjual online pun terus meningkat. Di tengah pertumbuhan tersebut, faktanya penjual online mengalami sejumlah tantangan. Antara lain, mereka kerepotan melayani pelanggan dan pesanan dari berbagai kanal penjualan berbeda. Belum lagi, tuntutan untuk mengumpulkan dan melacak semua transaksi penjualan dari berbagai platform jualan.

Bahkan, seringkali penjual online kebingungan karena harus mengunduh beberapa aplikasi pendukung berbeda, yang juga menghabiskan memori smartphone untuk masing-masing kebutuhan, mulai dari pembuatan invoice, pengelolaan laporan penjualan, serta pemesanan penjemputan kurir pengiriman.

Berangkat dari permasalahan itu, tiga anak muda, Jacqueline Latip, Michael Latip, dan Ainul Hamdani menghadirkan Keyta sebagai solusinya. Menyasar online selller, Keyta merupakan platfrom yang menggabungkan semua fungsi dalam satu aplikasi serba-bisa. Keyboard Keyta dilengkapi dengan fitur yang mudah diakses langsung, baik untuk Pembuatan Invoice, AutoText untuk membalas pesan pelanggan dengan cepat (hanya dengan satu klik), membandingkan ongkos kirim dari berbagai layanan ekspedisi, serta pemesanan layanan kurir langsung dari keyboard.

Tak hanya itu, aplikasi Keyta juga melacak semua status transaksi yang tengah berjalan, mencatat laporan penjualan secara otomatis, dan menyediakan analisa sederhana terkait kinerja bisnis para penjual online atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

“Rata-rata pengguna Keyta mengalami kenaikan produktivitas yang signifikan setelah memanfaatkan aplikasi kami. Kegiatan operasional yang biasanya memakan waktu dan harus dikerjakan di beberapa aplikasi. Dengan menggunakan Keyboard Keyta, mereka dapat menuntaskan satu orderan dengan waktu 3 atau 4 kali lebih cepat,” papar Jacqueline Latip, Co-Founder dan CEO Keyta.

Sampai saat ini, lanjutnya, Keyta ssudah memiliki lebih dari 6.000 pengguna yang merasa terbantu dengan sistem integratif di Keyboard Keyta. Setiap minggunya, Keyta juga mencatatkan pertumbuhan sekitar 7-8%. Bahkan, sejak Juni 2021, Keyta telah mengalami pertumbuhan hingga 300%.

“Sampai saat ini, kami fokus dengan peningkatan pengguna dan product market fit. Untuk itu, target kami hingga akhir tahun ini bisa mencapai 7.500 sampai 8.000 pengguna. Tahun 2022, kami menargetkan pertumbuhan pengguna hingga empat sampai lima kali lipat atau sekitar 32 ribu pengguna,” patok Jacqueline.

Untuk itu, tim Keyta melakukan edukasi sekaligus pendekatan langsung kepada komunitas-komunitas UMKM yang ada di Indonesia, baik dengan acara offline maupun pelatihan, agar para UMKM bisa memahami manfaat aplikasi serta bagaimana Keyta dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas penjualan online sehari-hari.

Selain pertumbuhan pengguna, diakuinya, Keyta juga berfokus untuk mencapai product market fit. Rencananya, Keyta akan menyediakan lebih banyak fitur premium atau fitur berbayar, seperti penagihan pembayaran, layanan BNPL (Buy Now Pay Later), akses ke pinjaman modal usaha, dan sebagainya.

Monetisasi yang kami lakukan memang masih menghasilkan revenue yang belum besar, karena memang fokus kami masih pada pertumbuhan pengguna dan product market fit. Rata-rata per bulan revenue dari hasil monetisasi ini baru di angka US$ 400,” ungkapnya.

Sementara itu, ditambahkan Michael Latip, Co-Founder dan Head of Product Keyta, potensi jualan online tercatat sangat tinggi. “Dari survey yang pernah saya baca, Conversational commerce sales di Asia Pasifik diprediksi mencapai US$ 41 miliar di 2021. Angka ini diprediksi naik menjadi US$ 290 miliar di 2025 mendatang,” tuturnya.

Di Indonesia, potensi jualan online juga terhitung tinggi. Untuk itu, Keyta terus melakukan pengembangan usaha, salah satunya dengan mengikuti program inkubasi startup dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, yaitu Startup Studio Indonesia (SSI). Dalam program intensif ini, setiap minggunya, para founder Keyta dipertemukan dengan para mentor dari startup-startup terkemuka Indonesia. Sesi ini memungkinkan mereka untuk bertukar ide dan pengalaman, terutama dalam hal mencapai product-market fit, yakni tahap di mana produk digital startup bisa menjawab kebutuhan pasar dengan tepat.

“Melalui sesi-sesi mentoring, kami banyak belajar tentang berbagai macam strategi dan teknik pemasaran, growth hack, product market fit, pengembangan teknologi, hingga tentang kehumasan. Sebelum mendaftarkan diri, kami sudah mendengar banyak pengalaman positif dari program SSI, dan kami bersyukur tahun ini bisa ambil bagian langsung,” terang Michael.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)