Tantang Go-Jek, Jeger Hadir Sebagai Ojek Berargo

Jeger

Setelah hadirnya Go-jek dan GrabBike sebagai transportasi alternatif guna menghadapi kejamnya kemacetan Ibukota Jakarta, kini kompetisi kian padat dengan hadirnya pemain baru bernama Jeger dengan identity brand berwarna kuning. Walaupun belum secara resmi di rilis ke pasar, Jeger sejatinya sudah mulai beroperasi untuk awareness kepada masyarakat Ibukota sejak bulan Januari 2015.

Masyarakat Ibukota mungkin pernah melihat dan mendengar ojek dengan tarif yang ditentukan berdasarkan jarak kilometer yang ditempuh, hal itu pula yang dilakukan Jeger yang mengklaim diri sebagai ojek pertama di Indonesia yang menggunakan argo. Dikatakan salah satu pengemudi Jeger Suratini, “perusahaan memang menetapkan system argo untuk tarif, per kilometernya dikenakan biaya Rp 2.800,” sebutnya.

Jeger sendiri, ungkap Suratini, baru akan launching pada 28 Oktober 2015 mendatang. “Kalau kami belum menggunakan aplikasi seperti kompetitor lain, jadi saat ini kami masih mencari sendiri atau mendapat penumpang dari panggilan kantor,” kata Suratini. Bergabung sejak bulan Juni 2015, Suratini sejatinya adalah ibu rumah tangga yang ingin menambah penghasilan keluarga.

Dalam operasionalnya, ungkap Suratini, para pengemudi Jeger disediakan fasilitas motor, helm, jaket oleh perusahaan. “Jadi kita cuma modal badan dan bensin saja,” imbuhnya. Jam kerjanya pun tidak fleksibel seperti Go-Jek atau GrabBike. Kami kerja dari jam 7 pagi hingga pukul 11 malam dengan prosentase pembagian hasil 50 – 50.

Armada yang disediakan Jeger, ungkap Suratini, sementara masih berjumlah sekitar 31 orang dengan jumlah pengemudi sekitar 60 orang. “Tapi sekarang owner kami akan menambah motor terus karena banyak penumpang yang mulai paham tentang Jeger dan mulai order lewat telepon.” Terang Suratini.

Sementara itu, pengemudi Jeger Eko Budi mengatakan, fasilitas bagi penumpang Jeger adalah gratis tiket parkir gedung. Biasanya pengemudi Jeger nanti akan reimburst kantor untuk tiket parkir gedung jadi penumpang tidak akan repot,” ungkapnya.

Saat ini, Jeger memang masih mengandalkan sambungan telepon 1500-107 untuk order Jeger dan kontak telepon pribadi para pengemudi Jeger itu sendiri. Walaupun demikian, ungkap Eko, dirinya sudah mendapat banyak pelanggan dari berbagai perusahaan. “Bahkan, ada perusahaan yang akan kerjasama dan menjadi pelanggan tetap Jeger,” sahutnya. Walaupun belum menggunakan aplikasi untuk mencari penumpang tapi sejauh ini, ungkap Eko, pengemudi Jeger optimis brand ini akan mampu bersaing di pasar.

Sejauh ini, Suratini dan Eko Budi masih mencari penumpang lewat keliling di beberapa wilayah Ibukota. Tidak jarang juga, mendapat kecaman dari ojek pangkalan tradisional lain. Namun, dikatakan Eko, tidak jarang juga saya diajak untuk gabung dengan beberapa pangkalan campuran (ojek online dan tradisional) tanpa adanya intimidasi.

“Sejauh ini saya dan teman teman pengemudi Jeger yang lain punya beberapa tmepat nongkrong untuk jemput penumpang. Namun paling besar di pangkalan fly over jatibaru, Tanah Abang,” kata Eko. Di pangkalan ini, lanjutnya, tidak hanya ada pengemudi Jeger tapi juga ada dari GrabBike, Go-Jek hingga ojek tradisional lain. Pangkalan Jeger lain bisa ditemui di daerah Pondok Indah Mall, Sekitar Hotel Millenium, Grogol dan Roxy.

Berdasarkan pantuan MIX, banyak dari pengemudi Jeger adalah korban PHK dari pabrik yang ditutup di kawasan industri Cikarang, Bekasi akibat melemahnya perekonomian nasional dan nilai tukar rupiah. Pengemudi Jeger Eko Budi adalah salah satu korban PHK yang akhirnya memilih Jeger untuk menyambung hidup. “Saya beruntung bisa gabung dengan Jeger karena beberapa waktu lalu saya penggangguran korban PHK pabrik,” lirih Eko.

Kini, tidak hanya Go-Jek, GrabBike dan Jeger saja yang ada di pasar untuk memenuhi kebutuhan alternatif transportasi di Jakarta. Menurut penuturan Eko dan Suratini, kompetisi akan jauh makin ketat karena beberapa perusahaan sejenis akan muncul di Jakarta mulai dari Lady Jack, Bang Jak, Global Jak (Global Cargo) dan Blu Jak, dengan ciri khas menggunakan aplikasi maupun tidak. *

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)