Studi yang dirilis Sribu terhadap lebih dari 200 freelancer di Indonesia menunjukkan bahwa freelancer menjadi pekerjaan yang sangat menjanjikan bagi anak-anak muda atau millennials. Terbukti, 94,9% responden yang mayoritas terdiri dari anak-anak muda usia 21-40 tahun, mengaku tetap ingin menjadi freelancer.
Dari angka tersebut, lebih dari separuh (50,4%) mengaku ingin menjadi freelancer hingga lebih dari lima tahun ke depan. Sementara itu, 16,3% tetap ingin menjadi freelancer dalam 3-5 tahun ke depan dan 20,7% ingin menjadi freelancer dalam 1-2 tahun ke depan. Hanya 9,6% responden yang mengaku masih ingin menjadi freelancer kurang dari satu tahun ke depan.
Diungkapkan Ryan Gondokusumo, CEO dan Founder Sribu, ada tiga alasan utama mengapa millennials memilih menjadi freelancer. Alasan pertama (65,4%), freelancer memiliki waktu dan lokasi yang fleksibel dalam bekerja. Disusul alasan berikutnya (56,7%), bekerja sebagai freelancer dapat menyalurkan minat dan bakat dan 41,5% beralasan karena freelancer dapat menghasilkan pendapatan tambahan.
“Bekerja sebagai frelancer dipandang cukup menjanjikan secara penghasilan. Terbukti, lebih dari 20% freelancer mengaku bahwa mereka menghasilkan lebih dari 3,5 juta per bulan atau setara dengan Upah Minimum Regional (UMR) sarjana di Jakarta,” papar Ryan, pada hari ini (13/2), di Jakarta.
Makin menjanjikannya profesi freelancer juga diperkuat dengan kinerja positif dari PT Sribu Digital Kreatif, perusahaan startup lokal yang bergerak di bidang penyediaan jasa solusi konten dan pemasaran digital berbasis crowdsourcing.
Sejak hadir pada 2011 lalu, diakui Ryan, jumlah klien dan freelancer di Sribu terus bertumbuh. Saat ini, sudah lebih dari 30 ribu klien yang telah menggunakan jasa freelancer yang tergabung di Sribud, dimana 95%-nya masih klien lokal. Sementara itu, jumlah freelancer yang telah dikurasi dan tergabung dengan Sribu mencapai lebih dari 20 ribu.
“Target kami di 2024 mendatang, Sribu bisa mencapai 5 juta klien dan 500 ribu freelancer. Untuk klien, target kami 70%-nya berasal dari klien global. Ini selaras dengan misi Sribu yang ingin go global. Sementara itu, untuk freelancer, karena misi Sribu adalah memberdayakan SDM (Sumber Daya Manusia) lokal, maka kami akan tetap fokus pada freelancer lokal,” patoknya.
Guna mencapai target tersebut, sejumlah strategi sudah dipersiapkan Sribu di tahun 2020 ini. Di antaranya, dengan melakukan menggabungkan dua brand, Sribulancer dan Sribu, menjadi satu payung, Sribu.com. "Selain itu, kami juga akan menggunakan strategi kolaborasi dengan berbagai mitra," ucapnya.
Lebih jauh Ryan menerangkan, saat ini ada dua layanan utama yang ditawarkan Sribu. Pertama adalah Platform, dimana klien bisa langsung berhubungan melalui platform Sribu dengan freelancer, tanpa harus bertatap muka. Kedua adalah Solution, dimana tim Sribu akan melayani dan bertemu dengan klien untuk memberikan solusi pemasaran secara terintegrasi.
Biasanya, nilai transaksi dari Platform lebih kecil dibandingkan Solution. Jika Platform nilai per proyeknya mencapai Rp 2-3 juta, maka untuk Solution, nilai per proyeknya lebih dari Rp 100 juta. “Biasanya, yang menggunakan layanan Solution adalah perusahaan-perusahaan besar, yang membutuhkan untuk bertatap muka langsung guna mendapatkan solusi pemasaran secara terintegrasi. Selanjutnya, setelah tim Sribu bertemu klien, kami akan menggunakan jasa freelancer Sribu untuk memenuhi permintaan klien tersebut. Inilah yang membedakan layanan Solution kami dengan agensi,” ungkapnya.
Sampai saat ini, menurut Ryan, segmen Platform memang masih berkontribusi paling tinggi terhadap total pendapatan Sribu. Dari total pendapatan Rp 10 miliar pada 2019 lalu, layanan platform menyumbang 85%-nya, sedangkan sisanya (15%) berasal dari layanan Solution. “Sejak berdiri hingga sekarang, sudah 60-70 ribu proyek yang telah kami tangani, dimana proyek tersebut 5%-nya adalah proyek dari luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, HongKong, dan Amerika Serikat,” lanjutnya.
Lantas, siapa saja klien-klien yang telah memanfaatkan Sribu? Dijawab Ryan, 45% klien Sribu datang dari kategori Food & Beverages dan 35%-nya adalah perusahaan teknologi. Klien-klien Sribu antara lain Intiland, Gojek, Google, Astra Honda Motor, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Pertamina, BNI, Unilever, FWD, Line, dan Cimory.