MIX.co.id - Studi World Bank (2021) menyebutkan, UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang terhubung ke dalam ekosistem digital pada masa pandemi Covid-19 justru memiliki daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan saat ini. Bahkan, 80% UMKM menjadikan momentum pandemi Covid-19 untuk melakukan perubahan perilaku ke arah digital.
Demikian diungkapkan Staf ahli ekonomi makro Kementrian Koperasi dan UKM Rully Nuryanto, SE, MSi, yang mewakili Menteri Teten Masduki dalam pembukaan Webinar bertajuk “UMKM Berdaya: Peluang dan Strategi Kebangkitan UMKM 2022”, yang digelar Gerakan #akuberdaya bekerja sama dengan Evapora, pada awal Desember ini (1/12).
“Dari data yang kami terima, selama pandemi Covid-19 di Indonesia, transaksi di e-commerce meningkat sebesar 54% atau lebih dari 3 juta transaksi per hari. Sementara itu, ekonomi digital Indonesia berpotensi senilai US$ 124 juta atau sekitar Rp 1.700 triliun pada 2025 mendatang. Saat ini, setidaknya 25,6% UMKM hadir pada ekosistem digital atau sekitar 16,4 juta pelaku usaha. Pertumbuhan ini sangat cepat jika dibanding tahun 2020 lalu, yang masih di angka 13%,” terang Rully.
Lebih jauh ia menuturkan, angka itu terus didorong untuk mencapai 30 juta UMKM (sekitar 47%) yang dapat onboarding digital pada akhir 2024. “Namun, perlu dibangun proses bisnisnya dari hulu ke hilir atau end to end digital transformation, termasuk pendampingan bagi Koperasi dan UMKM Indonesia agar dapat mengoptimalkan sepenuhnya platform digital,” saran Rully.
Nina Nugroho, Designer & CEO PT Nina Nugroho Internasional, menambahkan, kondisi pandemi di 2020-2021 berdampak pada eksistensi pelaku UMKM, karena lebih dari 90% masih berskala mikro.
“Mereka menjalankan usaha masih skala rumah tangga, sehingga belum memiliki rantai pasok yang berkelanjutan. Selain itu, barang yang diproduksi hampir sama dengan produk UMKM lain. Akibatnya, terjadi perang harga yang berujung pada tidak sehatnya persaingan,” yakin Nina.
Menurutnya, ada sejumlah tantangan yang membuat UMKM sulit naik kelas. Antara lain, minimnya modal usaha, ketidaktahuan cara membesarkan bisnis, kurangnya inovasi produk, persoalan distribusi barang, minimnya pengetahuan pengenai pemasaran online dan branding, tidak memiliki mentor, hingga masalah ijin usaha.
“Oleh karena itu, melalui webinar ini, para pakar membahas tentang strategi dari sudut pandang pemerintah dan para professional terkait peluang menjawab tantangan untuk UMKM Indonesia agar dapat naik kelas di 2022. Dari webinar ini diharapkan semakin terlejitkan keberdayaannya, di mana para pelaku UMKM dapat melihat peluang-peluang yang terbuka lebar di tahun 2022, sehingga mereka dapat menyusun strategi untuk pulih dan meroket,” harap Nina.
Pakar Inovasi sekaligus Youtuber Dr. Indrawan Nugroho, ada tiga strategi yang dapat ditempuh pelaku UMKM agar dapat “naik kelas”. Pertama, ikuti pelanggan. “Satu hal yang sering terlupakan oleh perusahaan skala besar hingga skala mikro adalah mereka masih terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan seperti aduh aku punya produk ini, gimana caranya supaya laku, gimana cara menjual, gimana cara promosi. Sementara itu, pertanyaan terbesarnya justru terlupakan. Di antaranya, sebenarnya apa keinginan pelanggan, kesukaan mereka, preferensinya,” ungkapnya.
Apalagi, dari studi McKinsey menyebutkan, 75 persen pelanggan telah mengubah perilaku atau cara berbelanja mereka. Saat ini, mereka mulai melakukan uji coba brand baru, punya pertimbangan baru dalam berbelanja di tempat baru, mencoba metode berbelanja, dan sebagainya. “Untuk itu, demi menjaga pelanggan, kuncinya ikuti pelanggan Anda,” saran Indrawan.
Strategi kedua adalah adopsi teknologi digital. Bagi UMKM yang ingin mengadopsi teknologi digital, menurutnya, tidak perlu mengadopsinya secara keseluruhan. “Artinya, tidak perlu canggih-canggih amat,” lanjutnya.
Strategi ketiga, turun ke lapangan dan berbicara dengan pelanggan. “Pada saat turun ke lapangan, cobalah kosongkan pikiran Anda. Jangan sok tahu dengan jawaban apa yang akan diberikan pelanggan terkait produk Anda. Sebaliknya, tanyakan mengapa mereka masih bertahan dengan produk Anda. Kulik lebih mendalam, sehingga mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Jangan mudah puas dengan jawaban yang membuat Anda melambung,” ia mengingatkan.