Hasil survei Nasional Literasi Keuangan yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih tercatat sangat rendah akan tinkat pemahaman serta keyakinannya akan perbankan. Bahkan, menurut Kepala Subbagian Kantor Regional 2 Jawa Barat OJK Misyar Banowisanto, tingkat literasi keuangan Indonesia masih yang terendah di ASEAN.
Pada sektor perbankan misalnya, tingkat pemahaman dan keyakinan masyarakat akan perbankan hanya 22%. Sementara, tingkat utilitas dan pemanfaatannya baru 57%. Selanjutnya, disusul oleh asuransi yang tingkat literasinya (pemahaman dan keyakinan) mencapai 18%. Ironisnya, tingkat utilitas asuransi lebih rendah, yakni 12%. Di sektor pergadaian, tingkat literasi mencapai 15% dan tingkat utilitas mencapai 5%. Pada sektor pembiayaan, tingkat literasi 10% dan tingkat utilitas 6%. Adapun sektor dana pensiun, tingkat literasi mencapai 7% dan tingkat utilitas hanya 2%. Paling rendah, sektor pasar modal, yang tingkat literasinya hanya 4%, sedangkan tingkat utilitasnya hanya mentok di 0,1%.
Melihat hasil survei ke 80 ribu responden di seluruh Indonesia itu, OJK yang baru berdiri tahun 2011 dan memiliki tugas perlindungan konsumen, merasa perlu membangun awareness sekaligus edukasi ke publik. Seluruh channel komunikasi dimanfaatkan OJK guna membangun awareness maupun edukasi ke publik. Sebut saja, iklan layanan masyarakat, advetorial di media cetak, edukasi ke media, roadshow ke sekolah dan kampus--guna mengedukasi guru, siswa, dan mahasiswa--hingga menerbitksn buku.
"Kami juga edukasi ke pemerintah daerah dan bekerja sama dengsn Diknas untuk memasukkan materi OJK ke dalam kurikulum. Saat ini, sudah terwujud di tingkat SMA dan sedang penjajakan untuk tingkar SMP. Kami juga punya mobil keliling dengan nama Si Molek dan website yang bisa dikunjungi," ungkap Misyar, di sela-sela Journalist Training yang digelar Standard Chartered pada 7-8 Agustus ini.
Alhasil, tahun 2014 lalu, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 23%, atau tumbuh dari 21,8% di tahun 2013. Sementara, tingkat inklusi atau keterjangkauan mencapai 61,7% di tahub 2014, atau tumbuh dari 59,7% di tahun 2013. Tahun 2015, OJK menargetkan pertumbuhan literasi dan inklusi keuangan mencapai 2%.
Diakui Misyar, pentingnya edukasi literasi keuangan dipicu pula oleh jumlah pengaduan yang masuk ke call center gratis, ke nomor 1500655, yang disediakan OJK. Sejak diluncurkan Januari 2013 misalnya, tingkat pengaduan konsumen mencapai 3.600. "Tingkat pengaduan tertinggi masih di sektor perbankan, kemudian diikuti oleh asuransi dan pembiayaan," urainya.