TRANSFORMASI MARKETING PUBLIC RELATIONS DI ERA DIGITAL

Marketing Public Relations (MPR) telah mengalami evolusi signifikan dari pendekatan tradisional ke strategi digital interaktif. Perubahan ini memungkinkan perusahaan membangun hubungan lebih dalam dengan konsumen melalui komunikasi dua arah dan kampanye kreatif yang melibatkan audiens secara langsung.

.

.

Transformasi MPR mencerminkan pergeseran model kampanye ini dari sekadar alat promosi menjadi medium yang memperkuat interaksi dan kedekatan brand dengan konsumen.

Di era digital, MPR tidak hanya berfokus pada penyampaian pesan satu arah, tetapi juga merangkul keterlibatan audiens melalui platform media sosial dan teknologi digital yang memungkinkan dialog aktif antara perusahaan dan konsumen.

Marketing Public Relations: Dulu dan Sekarang

Marketing Public Relations (MPR) adalah strategi yang menggabungkan pemasaran dan hubungan masyarakat untuk membangun citra positif dan membina hubungan dengan konsumen. Tujuan utama MPR adalah untuk meningkatkan kesadaran akan produk atau layanan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan publik secara langsung atau tidak langsung.

Seiring waktu, konsep dan penerapan MPR telah berubah seiring kemajuan teknologi dan perubahan perilaku konsumen. Artikel ini akan mengeksplorasi evolusi MPR, dari pendekatan tradisional hingga era digital saat ini, beserta contoh-contohnya.

Marketing Public Relations Dulu

Pada masa lalu, MPR difokuskan pada pengelolaan citra perusahaan melalui media massa tradisional, seperti televisi, radio, dan surat kabar. Strategi MPR di masa ini menggunakan komunikasi satu arah (one-way communication), yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran merek dan meningkatkan citra perusahaan tanpa interaksi langsung dengan audiens. Pendekatan ini lebih pasif, dengan sedikit ruang untuk umpan balik atau keterlibatan konsumen.

Contohnya, perusahaan seperti Coca-Cola sering menggunakan iklan dan media cetak untuk mempromosikan merek mereka, dengan fokus pada pesan yang konsisten di seluruh media (Grunig & Grunig, 1991). Kampanye ini menekankan nilai-nilai seperti kebahagiaan dan kebersamaan, tanpa adanya interaksi langsung dengan konsumen. Coca-Cola mengandalkan iklan TV yang memperlihatkan kebahagiaan bersama keluarga dan teman, yang pada akhirnya membentuk persepsi positif di benak konsumen​.

Perusahaan lain, seperti Procter & Gamble, menggunakan pendekatan serupa dengan mensponsori acara televisi populer, seperti soap opera, yang kemudian menjadi istilah untuk menggambarkan acara bersambung (Tybout & Calkins, 2019). Sponsorship ini dirancang untuk menanamkan merek mereka dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tanpa adanya umpan balik langsung dari konsumen.

Pages: 1 2 3 4

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)